tag:blogger.com,1999:blog-31835756596056575652024-03-05T08:13:09.809-08:00Tinker BellTingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.comBlogger30125tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-26992039844606663612011-08-23T22:29:00.000-07:002011-08-23T22:29:00.224-07:00Kisah Gembala Pembohong<br />
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img height="200" src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTyEOs2jO-7uhfGuQ3nIBx7n_eAOzNnFIDZAxC48fauTHgnR7GIpqUFlg8" width="181" /></span></div><br />
<br />
<div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di suatu desa ada seorang anak gembala. Setiap hari dia menggembalakan kambingnya di padang rumput agak jauh dari desa. Si Gembala itu anak yang nakal.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dia suka berbuat usil dengan teman-temannya. Pada suatu hari yang panas, dia sedang menggembala kambing-kambingnya di sebuah padang rumput, tak jauh dari desanya. Di kelompok lain, kambing-kambing orang-orang desa digembalakan juga, meski tidak ada yang menjaganya. Tiba-tiba, dia punya ide jahat untuk membohongi warga desa. Kemudian dia berteriak keras, “Ada serigala! Ada serigala! Tolong… tolong…tolong!” “Serigala mau makan kambing-kambing kita.” Dia berharap warga desa mendengar teriakannya dan segera berlari ke arah padang rumput.<br />
<span id="more-6"></span></span></div><a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Warga desa yang mendengar teriakan anak itu segera berlari ke padang rumput untuk menyelamatkan kambing-kambing mereka. Namun ketika mereka sampai, ternyata tidak ada serigala. Hanya anak gembala itu yang tertawa terpingkal-pingkal melihat warga desa yang telah dibohonginya.</span><br />
<div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keesokan harinya, anak gembala tersebut mengulangi tipuannya. Dia berteriak lebih keras dari sebelumnya, “ada serigala…. Ada serigala… kambing-kambing kita mau dimakan… Warga desa kembali bergegas hendak menyelamatkan kambing-kambing mereka. Anak gembala itu kembali tertawa terpingkal-pingkal.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sampai pada suatu hari, segerombolan serigala benar-benar datang menghampiri kambing-kambing anak gembala itu. Si anak gembala begitu ketakutan dan segera berteriak keras sekali, “Tolooong… toloooong, ada serigala mau makan kambing kambing ku, tolong!” Para warga desa mendengar teriakan anak gembala itu. Namun mereka diam saja, dikira pasti itu tipuan anak gembala itu lagi. Maka mereka diam saja di desa meneruskan pekerjaan mereka. Malang si anak gembala, semua kambingnya habis dimakan serigala.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitulah nasib yang menimpa anak yang sering berbohong: bahkan berkata benar pun tidak ada orang yang akan percaya.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pesan Moral : Jangan suka berbohong pada orang lain, karena jika sering berbohong maka orang lain akan menjadi tidak percaya dengan perkataan kita.</span></div>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-26127537137950015072011-08-23T22:27:00.000-07:002011-08-23T22:27:16.549-07:00Kisah Pangeran Katak<br />
<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img height="196" src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRpBYqJ1SLnnjKwIsj09TwfwK2KT0eQVApqqbWkupMUdaAqn0bV5mDlUOg" width="200" /></span></div><br />
<br />
<div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada suatu waktu, hidup seorang raja yang mempunyai beberapa anak gadis yang cantik, tetapi anak gadisnya yang paling bungsulah yang paling cantik. Ia memiliki wajah yang sangat cantik dan selalu terlihat bercahaya. Ia bernama Mary. Di dekat istana raja terdapat hutan yang luas serta lebat dan di bawah satu pohon limau yang sudah tua ada sebuah sumur. Suatu hari yang panas, Putri Mary pergi bermain menuju hutan dan duduk di tepi pancuran yang airnya sangat dingin. Ketika sudah bosan sang Putri mengambil sebuah bola emas kemudian melemparkannya tinggi-tinggi lalu ia tangkap kembali. Bermain lempar bola adalah mainan kegemarannya.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Namun, suatu ketika bola emas sang putri tidak bisa ditangkapnya. </span></div><a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bola itu kemudian jatuh ke tanah dan menggelinding ke arah telaga, mata sang putri terus melihat arah bola emasnya, bola terus bergulir hingga akhirnya lenyap di telaga yang dalam, sampai dasar telaga itu pun tak terlihat. Sang Putri pun mulai menangis. Semakin lama tangisannya makin keras. Ketika ia masih menangis, terdengar suara seseorang berbicara padanya,”Apa yang membuatmu bersedih tuan putri? Tangisan tuan Putri sangat membuat saya terharu… Sang Putri melihat ke sekeliling mencari darimana arah suara tersebut, ia hanya melihat seekor katak besar dengan muka yang jelek di permukaan air. “Oh… apakah engkau yang tadi berbicara katak? Aku menangis karena bola emasku jatuh ke dalam telaga”. “Berhentilah menangis”, kata sang katak. Aku bisa membantumu mengambil bola emasmu, tapi apakah yang akan kau berikan padaku nanti?”, lanjut sang katak.</span><br />
<div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Apapun yang kau minta akan ku berikan, perhiasan dan mutiaraku, bahkan aku akan berikan mahkota emas yang aku pakai ini”, kata sang putri. Sang katak menjawab, “aku tidak mau perhiasan, mutiara bahkan mahkota emasmu, tapi aku ingin kau mau menjadi teman pasanganku dan mendampingimu makan, minum dan menemanimu tidur. Jika kau berjanji memenuhi semua keinginanku, aku akan mengambilkan bola emasmu kembali”, kata sang katak. “Baik, aku janji akan memenuhi semua keinginanmu jika kau berhasil membawa bola emasku kembali.” Sang putri berpikir, bagaimana mungkin seekor katak yang bisa berbicara dapat hidup di darat dalam waktu yang lama. Ia hanya bisa bermain di air bersama katak lainnya sambil bernyanyi. Setelah sang putri berjanji, sang katak segera menyelam ke dalam telaga dan dalam waktu singkat ia kembali ke permukaan sambil membawa bola emas di mulutnya kemudian melemparkannya ke tanah.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang Putri merasa sangat senang karena bola emasnya ia dapatkan kembali. Sang Putri menangkap bola emasnya dan kemudian berlari pulang. “Tunggu… tunggu,” kata sang katak. “Bawa aku bersamamu, aku tidak dapat berlari secepat dirimu”. Tapi percuma saja sang katak berteriak memanggil sang putri, ia tetap berlari meninggalkan sang katak. Sang katak merasa sangat sedih dan kembal ke telaga kembali. Keesokan harinya, ketika sang Putri sedang duduk bersama ayahnya sambil makan siang, terdengar suara lompatan ditangga marmer. Sesampainya di tangga paling atas, terdengar ketukan pintu dan tangisan,”Putri, putri… bukakan pintu untukku”. Sang putri bergegas menuju pintu. Tapi ketika ia membuka pintu, ternyata di hadapannya sudah ada sang katak. Karena kaget ia segera menutup pintu keras-keras. Ia kembali duduk di meja makan dan kelihatan ketakutan. Sang Raja yang melihat anaknya ketakutan bertanya pada putrinya,”Apa yang engkau takutkan putriku? Apakah ada raksasa yang akan membawamu pergi? “Bukan ayah, bukan seorang raksasa tapi seekor katak yang menjijikkan”, kata sang putri. “Apa yang ia inginkan dari?” tanya sang raja pada putrinya.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kemudian sang putri bercerita kembali kejadian yang menimpanya kemarin. “Aku tidak pernah berpikir ia akan datang ke istana ini..”, kata sang Putri. Tidak berapa lama, terdengar ketukan di pintu lagi. “Putri…, putri, bukakan pintu untukku. Apakah kau lupa dengan ucapan mu di telaga kemarin?” Akhirnya sang Raja berkata pada putrinya,”apa saja yang telah engkau janjikan haruslah ditepati. Ayo, bukakan pintu untuknya”. Dengan langkah yang berat, sang putri bungsu membuka pintu, lalu sang katak segera masuk dang mengikuti sang putri sampai ke meja makan. “Angkat aku dan biarkan duduk di sebelahmu”, kata sang katak. Atas perintah Raja, pengawal menyiapkan piring untuk katak di samping Putri Mary. Sang katak segera menyantap makanan di piring itu dengan menjulurkan lidahnya yang panjang. “Wah, benar-benar tidak punya aturan. Melihatnya saja membuat perasaanku tidak enak,” kata Putri Mary.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang Putri bergegas lari ke kamarnya. Kini ia merasa lega bisa melepaskan diri dari sang katak. Namun, tiba-tiba, ketika hendak membaringkan diri di tempat tidur…. “Kwoook!” ternyata sang katak sudah berada di atas tempat tidurnya. “Cukup katak! Meskipun aku sudah mengucapkan janji, tapi ini sudah keterlaluan!” Putri Mary sangat marah, lalu ia melemparkan katak itu ke lantai. Bruuk! Ajaib, tiba-tiba asap keluar dari tubuh katak. Dari dalam asap muncul seorang pangeran yang gagah. “Terima kasih Putri Mary… kau telah menyelamatkanku dari sihir seorang penyihir yang jahat. Karena kau telah melemparku, sihirnya lenyap dan aku kembali ke wujud semula.” Kata sang pangeran. “Maafkan aku karena telah mengingkari janji,” kata sang putri dengan penuh sesal. “Aku juga minta maaf. Aku sengaja membuatmu marah agar kau melemparkanku,” sahut sang Pangeran. Waktu berlalu begitu cepat. Akhirnya sang Pangeran dan Putri Mary mengikat janji setia dengan menikah dan merekapun hidup bahagia.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pesan moral : Jangan pernah mempermainkan sebuah janji dan pikirkanlah dahulu janji-janji yang akan kita buat.</span></div>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-34405178258447917272011-08-23T22:25:00.000-07:002011-08-23T22:25:27.845-07:00Kisah Keledai Pembawa Garam<span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img height="200" src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRFxVp_lxVBoBFK1UwkMKsFJaio0HBSeeBGN9Z7GV-Uc1e-NMnsIrvRNaA" width="194" /></span><br />
<br />
<div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada suatu hari di musim panas, tampak seekor keledai berjalan di pegunungan. Keledai itu membawa beberapa karung berisi garam dipunggungnya. Karung itu sangat berat, sementara matahari bersinar dengan teriknya. “Aduh panas sekali. Sepertinya aku sudah tidak kuat berjalan lagi,” kata keledai. Di depan sana, tampak sebuah sungai. “Ah, ada sungai! Lebih baik aku berhenti sebentar,” kata keledai dengan gembira. Tanpa berpikir panjang, ia masuk ke dalam sungai dan….</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Byuur… Keledai itu terpeleset dan tercebur. Ia berusaha untuk berdiri kembali, tetapi tidak berhasil. Lama sekali keledai berusaha untuk berdiri. Anehnya, semakin lama berada di dalam air, ia merasakan beban dipunggungnya semakin ringan. </span></div><a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Akhirnya keledai itu bisa berdiri lagi. “Ya ampun, garamnya habis!” kata tuannya dengan marah. “Oh, maaf… garamnya larut di dalam air ya?” kata keledai.</span><br />
<div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Beberapa hari kemudian, keledai mendapat tugas lagi untuk membawa garam. Seperti biasa, ia harus berjalan melewati pegunungan bersama tuannya. “Tak lama lagi akan ada sungai di depan sana,” kata keledai dalam hati. Ketika berjalan menyeberangi sungai, keledai menjatuhkan dirinya dengan sengaja. Byuuur…. Tentu saja garam yang ada dipunggungnya menjadi larut di dalam air. Bebannya menjadi ringan. “Asyik! Jadi ringan!” kata keledai ringan. Namun, mengetahui keledai melakukan hal itu dengan sengaja, tuannya menjadi marah. “Dasar keledai malas!” kata tuannya dengan geram.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keesokan harinya, keledai mendapat tugas membawa kapas. Sekali lagi, ia berjalan bersama tuannya melewati pegunungan. Ketika sampai di sungai, lagi-lagi keledai menjatuhkan diri dengan sengaja. Byuuur…. Namun apa yang terjadi ? Muatannya menjadi berat sekali. Rupanya kapas itu menyerap air dan menjadi seberat batu. Mau tidak mau, keledai harus terus berjalan dengan beban yang ada dipunggungnya. Keledai berjalan sempoyongan di bawah terik matahari sambil membawa beban berat dipunggungnya.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Moral : Berpikirlah dahulu sebelum bertindak. Karena tindakan yang salah akan menyebabkan kerugian bagi kita.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber : Elexmedia</span></div>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-9171556743589975182011-08-23T22:16:00.000-07:002011-08-23T22:17:47.283-07:00Bunda, Percayalah Padaku...<span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"><img height="170" src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR8dcF_yZdGWO-kH7t_TlBVuIrFqUFzc76whDYixqMukP8n9qtTcGu6peHF" width="200" /></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 15px;">“Hampir sampai, nih!” Jingga menepuk bahu Galih yang dari tadi bengong.</span><br />
<div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Galih menoleh sambil tersenyum, berusaha menyembunyikan kekagetannya.<br />
Tapi…<br />
” Astaga!” Galih menepuk dahinya.<br />
“Kenapa, Lih?” Jingga heran.<br />
“Aku lupa minta ongkos pada Bunda, “Galih kebingungan.<br />
“Ya sudah, pakai uangku saja,” Jingga memutuskan.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begini jadinya kalau terlambat bangun, batin Galih. Pergi terburu-buru, tanpa sarapan, dan yang paling parah, ya itu, lupa minta uang pada Bunda. Bunda juga lupa sepertinya. Padahal pergi dan pulang sekolah Galih harus naik bis kota. Belum lagi kalau lapar, harus jajan.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></div><a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tadi malam Galih memang susah tidur. Dia terus memikirkan sikap bundanya yang tidak percaya padanya. Bunda menganggap Galih pemboros, tak pandai mengatur uang, suka belanja, dan banyak lagi julukan lain yang Bunda berikan pada Galih. Yang membuat Galih paling kesal, Bunda memperlakukannya seperti anak kelas tiga SD. Uang saku diberikan setiap mau berangkat sekolah. Sebel banget! Batin Galih.</span><br />
<div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Bunda payah, Ga! Tidak mau memberiku uang saku bulanan. Padahal kan, repot, kalau kejadian seperti ini terjadi. Untung ada kamu. Kalau tidak, aku tidak tahu harus berbuat apa, “Galih melontarkan kekesalannya saat mereka turun dari bis kota. Jingga tersenyum.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Masih untung kamu dapat uang saku harian. Coba kalau tidak dapat samasekali, kan lebih parah,” goda Jingga. “Eh, Lih! Mungkin bundamu punya pertimbangan lain,” sambung Jingga.<br />
“Pertimbangan apa? Pertimbangan pelit?”<br />
“Ya… siapa tahu kamu pernah melakukan kesalahan. Sehingga bundamu menganggap kamu pemboros. Coba ingat-ingat.”<br />
“Mmm, aku memang dulu pernah melakukan kesalahan. Dulu Bunda selalu memberiku uang saku untuk seminggu. Tapi baru hari keempat uang itu selalu sudah habis. Sejak itu Bunda memberiku uang saku harian.”</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Nah, itu kamu tahu penyebabnya. Jadi memang ada alasannya, kan, bundamu tidak memberi uang bulanan.”<br />
“Ya… tapi itu kan dulu, Ga! Masa’ sekarang Bunda masih belum bisa mempercayai aku.”</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jingga tersenyum. “Galih, kamu harus berusaha mengembalikan kepercayaan Bunda dengan melakukan sesuatu.”<br />
Galih mengernyit, “Melakukan apa?”</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Coba kamu sisihkan sebagian uang sakumu setiap hari. Tunjukkan pada Bunda bahwa kamu bisa mengatur uang saku. Mudah-mudahan bundamu akan berubah pikiran tentang kamu.”<br />
“Kamu yakin itu akan berhasil?” Galih ragu.<br />
“Coba dulu, baru kasih komentar!”</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ya, memang tak ada salahnya mengikuti saran Jingga, pikir Galih. Lagipula saran Jingga cukup masuk akal. Mencoba mendapat kepercayaan Bunda dengan melakukan sesuatu. Bukan dengan janji-janji.<br />
Galih pun mulai menyisihkan uang sakunya. Ia juga mulai belajar mencatat pengeluaran dan pemasukan uangnya sekecil apapun.Tanpa terasa dua minggu pun berlalu.</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ah…” Galih menarik napas lega memandangi lembaran ribuan di kotak bekas coklat di atas meja belajarnya. “Coba dari dulu aku menabung,“Galih bergumam lirih.<br />
“Tak perlu menyesal. Tak ada kata terlambat untuk melakukan kebaikan, sayang…” suara merdu berbisik di telinga Galih. Galih menoleh.<br />
“Bunda…”</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Bunda tersenyum sambil mengusap rambut Galih. “Bunda tahu kamu sedang berusaha berubah. Diam-diam Bunda selalu mengikuti apa yang kamu lakukan.”<br />
“Terima kasih Bunda. Cuma…”Galih menggaruk-garuk kepalanya.<br />
“Cuma apa!” Bunda mengerutkan dahinya.<br />
“Bunda jangan bikin aku harus berhutang pada kondektur bis, dong! Gara-gara Bunda lupa memberiku ongkos.”</span></div><div style="line-height: 15px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">“Ha ha ha, itu tak akan terjadi lagi, sayang. Mulai besok kamu akan mendapat uang bulanan. Jadi, kalau kamu lupa bawa ongkos, bukan tanggung jawab Bunda lagi!” Bunda menjentik hidung Galih.<br />
Galih memeluk bundanya erat-erat. Galih sangat bahagia. Bukan cuma karena ia mendapat uang bulanan, tapi kepercayaan Bunda pada dirinya. Galih ingin hari segera pagi. Ia sudah tak sabar ingin mengabarkan semuanya pada Jingga</span></div>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-8235690256989940152011-04-23T23:52:00.006-07:002011-04-23T23:52:23.614-07:00Cinderella<span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: 'Times New Roman'; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcToP_m3WVOoeBpmPtpToP3Njvg-r354Skj8CUoR_EQM_mokZNZO4ZuLhAs" /></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"></span>Di sebuah kerajaan, ada seorang anak perempuan yang </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">cantik dan baik hati. Ia tinggal bersama ibu dan kedua </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kakak tirinya, karena orangtuanya sudah meninggal dunia. </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di rumah tersebut ia selalu disuruh mengerjakan seluruh </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">perkerjaan rumah. Ia selalu dibentak dan hanya diberi </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">makan satu kali sehari oleh ibu tirinya. Kakak-kakaknya </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">yang jahat memanggilnya "Cinderela". Cinderela artinya gadis yang kotor dan penuh dengan debu. "Nama yang cocok buatmu !" kata </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mereka. </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah beberapa lama, pada suatu hari datang pengawal kerajaan yang menyebarkan </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">surat undangan pesta dari Istana. "Asyik! kita akan pergi dan berdandan secantikcantiknya. </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kalau aku jadi putri raja, ibu pasti akan gembira", kata mereka. Hari yang </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">dinanti tiba, kedua kakak tiri Cinderela mulai berdandan dengan gembira. Cinderela </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sangat sedih sebab ia tidak diperbolehkan ikut oleh kedua kakaknya ke pesta di Istana.</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Baju pun kau tak punya, apa mau pergi ke pesta dengan baju sepert itu?", kata kakak</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cinderela.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah semua berangkat ke pesta, Cinderela kembali ke kamarnya. Ia menangis sekeraskerasnya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">karena hatinya sangat kesal. "Aku tidak bisa pergi ke istana dengan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">baju kotor</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">seperti ini, tapi aku ingin pergi.." Tidak berapa lama terdengar sebuah suara. "Cinderela,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berhentilah menangis." Ketika Cinderela berbalik, ia melihat seorang peri. Peri tersenyum</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">dengan ramah. "Cinderela bawalah empat ekor tikus dan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">dua ekor kadal." Setelah semuanya dikumpulkan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cinderela, peri membawa tikus dan kadal tersebut ke</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kebun labu di halaman belakang. "Sim salabim!" sambil</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menebar sihirnya, terjadilah suatu keajaiban. Tikustikus</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berubah menjadi empat ekor kuda, serta kadalkadal</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berubah menjadi dua orang sais. Yang terakhir,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cinderela berubah menjadi Putri yang cantik, dengan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">memakai gaun yang sangat indah.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karena gembiranya, Cinderela mulai menari berputar-putar dengan sepatu kacanya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">seperti kupu-kupu. Peri berkata, "Cinderela, pengaruh sihir ini akan lenyap setelah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">lonceng pukul dua belas malam berhenti. Karena itu, pulanglah sebelum lewat tengah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">malam. "Ya Nek. Terimakasih," jawab Cinderela. Kereta kuda emas segera berangkat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">membawa Cinderela menuju istana. Setelah tiba di istana, ia langsung masuk ke aula</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">istana. Begitu masuk, pandangan semua yang hadir tertuju pada Cinderela. Mereka sangat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kagum dengan kecantikan Cinderela. "Cantiknya putri itu! Putri dari negara mana ya ?"</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tanya mereka. Akhirnya sang Pangeran datang menghampiri Cinderela. "Putri yang cantik,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">maukah Anda menari dengan saya ?" katanya. "Ya!," kata Cinderela sambil mengulurkan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tangannya sambil tersenyum. Mereka menari berdua dalam irama yang pelan. Ibu dan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kedua kakak Cinderela yang berada di situ tidak menyangka kalau putri yang cantik itu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">adalah Cinderela.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pangeran terus berdansa dengan Cinderela. "Orang seperti andalah yang saya idamkan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">selama ini," kata sang Pangeran. Karena bahagianya, Cinderela lupa akan waktu. Jam mulai</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berdentang 12 kali. "Maaf Pangeran saya harus segera pulang..,". Cinderela menarik</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tangannya dari genggaman pangeran dan segera berlari ke luar Istana.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di tengah jalan, sepatunya terlepas sebelah, tapi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cinderela tidak memperdulikannya, ia terus berlari.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pangeran mengejar Cinderela, tetapi ia kehilangan jejak</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cinderela. Di tengah anak tangga, ada sebuah sepatu kaca</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kepunyaan Cinderela. Pangeran mengambil sepatu itu. "Aku</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">akan mencarimu," katanya bertekad dalam hati. Meskipun</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Cinderela kembali menjadi gadis yang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">penuh debu, ia amat bahagia karena bisa pergi pesta.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Esok harinya, para pengawal yang dikirim Pangeran datang ke rumah-rumah yang ada anak</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">gadisnya di seluruh pelosok negeri untuk mencocokkan sepatu kaca dengan kaki mereka,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tetapi tidak ada yang cocok. Sampai akhirnya para pengawal tiba di rumah Cinderela.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Kami mencari gadis yang kakinya cocok dengan sepatu kaca ini," kata para pengawal.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kedua kakak Cinderela mencoba sepatu tersebut, tapi kaki mereka terlalu besar. Mereka</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tetap memaksa kakinya dimasukkan ke sepatu kaca sampai lecet. Pada saat itu, pengawal</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">melihat Cinderela. "Hai kamu, cobalah sepatu ini," katanya. Ibu tiri Cinderela menjadi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">marah," tidak akan cocok dengan anak ini!". Kemudian Cinderela menjulurkan kakinya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ternyata sepatu tersebut sangat cocok. "Ah! Andalah Putri itu," seru pengawal gembira.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Cinderela, selamat..," Cinderela menoleh ke belakang, peri sudah berdiri di belakangnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Mulai sekarang hiduplah berbahagia dengan Pangeran. Sim salabim!.," katanya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Begitu peri membaca mantranya, Cinderela berubah menjadi seorang Putri yang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">memakai gaun pengantin. "Pengaruh sihir ini tidak akan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">hilang walau jam berdentang dua belas kali", kata sang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">peri. Cinderela diantar oleh tikus-tikus dan burung yang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">selama ini menjadi temannya. Sesampainya di Istana,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pangeran menyambutnya sambil tersenyum bahagia.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Akhirnya Cinderela menikah dengan Pangeran dan hidup</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berbahagia.</span>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-53889704505509078482011-04-23T23:52:00.005-07:002011-04-23T23:52:19.802-07:00Gonbe dan 100 Itik<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ2t8nVUuVFxDt9_f09c0FpwFoeRUJulzqc_dZaKsX9NetoaJvrbw2xxw" /></div><br />
<br />
Di sebuah desa, tinggal seorang ayah dengan anak laki-lakinya yang bernama Gonbe.<br />
Mereka hidup dari berburu itik. Setiap berburu, ayah Gonbe hanya menembak satu ekor itik saja. Melihat hal tersebut Gonbe bertanya pada ayahnya, "Kenapa kita hanya<br />
menembak satu ekor saja Yah?", "Karena kalau kita membunuh semua itik, nanti itik<br />
tersebut akan habis dan tidak bisa berkembang biak, selain itu kalau kita membunuh itik sembarangan kita bisa mendapat hukuman."<br />
Beberapa bulan kemudian, ayah Gonbe jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Sejak saat itu, Gonbe berburu itik sendirian dan menjualnya. Lama kelamaan, Gonbe bosan dengan pekerjaannya, ia mendapatkan sebuah ide. Keesokan hariya, Gonbe datang ke danau yang sudah menjadi es. Ia menebarkan makanan yang sangat banyak untuk itik-itik. Tak berapa lama, itik-itik mulai berdatangan dan memakan makanan yang tersebar.<br />
<a name='more'></a><br />
Karena kekenyangan, mereka tertidur. Gonbe segera<br />
mengikat itik-itik menjadi<br />
satu. Ia mengikat 100 itik<br />
sekaligus. Ketika itik ke seratus akan di ikatnya, tibatiba<br />
itik-itik tersebut terbangun dan segera terbang.<br />
Gonbe yang takut kehilangan tangkapannya, segera<br />
memegang tali yang diikatkannya ke itik tersebut. Karena<br />
banyaknya itik yang diikat, Gonbe terangkat dan terbawa ke atas. Gonbe terus terbang<br />
terbawa melewati awan. Di awan tersebut Ayah dan anak halilintar sedang tidur dengan<br />
nyenyak. "Dugg!", kaki Gonbe tersandung badan ayah halilintar. Ayah halilintar terbangun<br />
sambil marah-marah, ia segera mengeluarkan halilintarnya yang kemudian menyambar talitali<br />
yang mengikat itik-itik itu."<br />
Gonbe jatuh ke dalam laut! Ia jatuh tepat di atas kepala Naga laut yang berada di<br />
Kerajaannya. Naga laut menjadi marah dan mulai memutar-mutar ekornya, lalu<br />
memukulkannya ke Gonbe. Gonbe terbang lagi dari dalam laut. Akhirnya Gonbe jatuh<br />
ke tanah dengan kecepatan tinggi. Akhirnya Gonbe jatuh ke<br />
atap jerami rumah seorang pembuat payung. "Kamu tidak<br />
apa-apa?", Tanya si pembuat payung sambil menolong<br />
Gonbe. "Maaf atap anda jadi rusak. Berilah pekerjaan pada<br />
saya untuk mengganti kerugian anda". "Kebetulan, aku<br />
memang sedang kekurangan tenaga pembantu", kata<br />
pembuat payung.<br />
Sejak itu Gonbe menjadi rajin membuat payung. Suatu hari,<br />
ketika sedang mengeringkan payung di halaman, datang<br />
angin yang sangat kencang. Karena takut payungnya<br />
terbang, Gonbe segera menangkap payung tersebut. Tetapi<br />
payung tersebut terus naik ke atas bersama Gonbe. Dengan<br />
tangan gemetaran Gonbe terus memegang payung sambil<br />
terus terbang dengan payungn<br />
ya hingga melewati beberapa kota. Payung tersebut akhirnya robek karena tersangkut<br />
menara dan pohon-pohon. Gonbe pun jatuh. Untungnya ia jatuh tepat di sebuah danau.<br />
Gonbe merasa lega. Tidak berapa lama tiba-tiba kepala Gonbe di patuk oleh sekawanan<br />
hewan. "Lho ini kan itik-itik yang aku ikat dengan tali. Ternyata benar ya, kita tidak boleh<br />
serakah menangkap sekaligus banyak." Akhirnya Gonbe melepaskan tali-tali yang mengikat<br />
kaki-kaki itik tersebut dan membiarkan mereka terbang dengan bebas.<br />
HIKMAH :<br />
Kita tidak boleh menjadi orang yang tamak dan serakah serta kikir. Cerita di atas<br />
menggambarkan adanya hukuman bagi orang yang tamak serta melanggar ketentuan<br />
yang sudah ada.Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-45213561929311723822011-04-23T23:47:00.000-07:002011-04-23T23:47:44.348-07:00Kelelawar Yang Pengecut<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsEIjAnqCLTOU3sxVODE0soys2HODslYi4xUGytb8epOR31ao5FDCXEeE9cDMQ44PBws1OSkZ2Tt-m-I7GNWV0T1JhtV5pJqxWC-kF6veatg_PkHcthaIwZS7HlfJndWo2EP99Whv6NiC5/s320/dokura-kurabelibis.jpg" /></div><br />
<br />
Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. "Kurang ajar", kata singa. Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan<br />
seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang terhadap bangsa burung. "Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita, usir mereka semua, jangan disisakan!" kata Singa. Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa burung. Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya. Kesempatan itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya. Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata, "Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus, walaupun aku mempunyai sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu, Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu". Tanpa berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.<br />
<a name='more'></a><br />
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan<br />
berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang<br />
istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok<br />
singa dengan batu dan kacang-kacangan. "Awas hujan<br />
batu," teriak para binatang kelompok singa sambil<br />
melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal<br />
tersebut sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung<br />
dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung<br />
yaitu burung Elang. "Lihatlah sayapku, Aku ini seekor<br />
burung seperti kalian". Elang menerima kelelawar dengan<br />
senang hati.<br />
Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah<br />
atau badak sambil memegang busur dan anak panah.<br />
Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung<br />
kelapa agar tidak mempan dilempari batu. Setelah<br />
kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar?.<br />
Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang.<br />
Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang<br />
dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok<br />
burung.<br />
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat<br />
kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar<br />
merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan<br />
diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyiTingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-26824100436374028292011-04-23T23:43:00.000-07:002011-04-23T23:43:28.056-07:00Hikayat Bunga Kemuning<span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: 'Times New Roman'; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRzH7lJm6F3G1e3aPjc-Q2a0En2RJMe4Wm0e1mbTmISyDycFsZHuw" /></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Times New Roman';"></span>Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anakanaknya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">manja dan nakal. </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jambon. Adik-adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Puteri Oranye, Puteri Merah Merona dan Puteri Kuning, Baju yang mereka pun berwarna</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sama dengan nama mereka. </span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a name='more'></a>Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka bebergian dengan inang pengasuh</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">daripada dengan kakak-kakaknya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. "Aku</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?" tanya raja. "Aku</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Jambon. "Aku mau kain sutra yang berkilaukilau,"</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">lengan ayahnya. "Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat," katanya. Kakak kakaknya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tertawa dan mencemoohkannya. "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu," kata sang raja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tak lama kemudian, raja pun pergi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">permintaan para puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mengerjakannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tertawa keras-keras. "Lihat tampaknya kita punya pelayan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">baru,"kata seorang diantaranya. "Hai pelayan! Masih ada</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kotoran nih!" ujar seorang yang lain sambil melemparkan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acakacakan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampahsampah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">itu. Kejadian tersebut terjadi berulang-ulang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sampai Puteri</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kalian. Bisanya hanya mengganggu saja!" Kata Puteri Kuning dengan marah. "Sudah ah, aku</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">bosan. Kita mandi di danau saja!" ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puteri nya masih</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kuning kesayanganmu!" kata sang raja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tak pernah ditemukannya. "Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">lembut. "Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah,"</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kuning, apalagi menanyakan hadiahnya. Keesokan hari, Puteri Hijau melihat Puteri Kuning</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu," sahut Puteri Kuning. Mendengarnya,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mereka. "Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mengajarnya berbuat baik!" kata Puteri Hijau.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Astaga! Kita harus menguburnya!" seru Puteri Jingga.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menguburnya di taman istana. Puteri Hijau ikut mengubur</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kalung batu hijau, karena ia tak menginginkannya lagi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakakkakaknya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya." Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteriputerinya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kuning. Sang raja heran melihatnya. "Tanaman apakah ini?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!" kata raja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">namanya. Bahkan, bunga- bunga</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">HIKMAH :</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Kebaikan akan membuahkan hal-hal yang baik, walaupun kejahatan sering kali</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menghalanginya.</span>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-20659426426132770282011-04-23T23:41:00.000-07:002011-04-23T23:41:29.113-07:00Jack dan Pohon Kacang<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSpVNauqe0xGuRrssDy-UwyM97zlCcmO__CXg0SzvscWSXoVofg1Z-jiFs" /></div><br />
<br />
Dahulu, ada seorang ibu dan anak muda yang tinggal di<br />
sebuah desa. Anak muda tersebut bernama Jack. Kehidupan<br />
mereka tergolong miskin. Harta mereka yang ada hanya<br />
seekor sapi, yang lama kelamaan produksi susunya semakin<br />
berkurang. Menyadari hal itu, sang ibu pun berencana<br />
menjual sapi yang mereka miliki, kemudian uangnya<br />
akan dipergunakan untuk membeli gandum. Rencananya, gandum tersebut akan ditanam di ladang dekat rumah mereka.<br />
<br />
<a name='more'></a>Keesokan harinya, Jack membawa sapi miliknya ke pasar. Di tengah jalan menuju ke pasar,<br />
Jack bertemu dengan seorang kakek. Sang kakek menegurnya, "Hai Jack, maukah engkau<br />
menukar sapimu dengan kacang ajaib ini?". "Apa, menukar sebutir kacang dengan sapiku?"<br />
kata Jack terkejut. "Jangan menghina, ya! Ini adalah kacang ajaib. Jika kau menanamnya<br />
dan membiarkannya semalam, maka pagi harinya kacang ini akan tumbuh sampai ke langit,<br />
kata kakek itu menjelaskan. "Jika begitu baiklah," jawab Jack.<br />
Sesampainya di rumah, Ibu Jack sangat terkejut dan<br />
marah. "Benar-benar bodoh kau! Bagaimana mungkin kita<br />
hidup hanya dengan sebutir biji kacang?" Saking marahnya,<br />
sang Ibu melempar<br />
biji kacang tersebut keluar jendela.<br />
Tapi apa yang terjadi keesokan harinya? Ternyata ada<br />
pohon raksasa yang tumbuh sampai mencapai langit. "Wah,<br />
ternyata benar apa yang<br />
dikatakan oleh kakek itu, gumam Jack". Lalu dengan hatihati<br />
ia langsung memanjat pohon raksasa itu. "Aduh,<br />
mengapa tidak sampai juga ke ujung pohon ya?" kata Jack<br />
dalam hati. Tidak berapa lama kemudian, Jack melihat ke<br />
bawah. Ia melihat rumah-rumah menjadi sangat kecil.<br />
Akhirnya Jack sampai ke awan. Di sana ia bisa melihat<br />
sebuah istana raksasa yang mengerikan. "Aku<br />
haus dan lapar, mungkin di istana itu aku menemukan makanan," gumam Jack. Sesampainya<br />
di depan pintu istana, ia mengetuknya dengan keras. "Kriek..." pintu yang besar itu<br />
terbuka. Ketika ia menengadah, muncul seorang wanita yang besar. "Ada apa nak?", kata<br />
wanita itu. "Selamat pagi, saya haus dan lapar, bolehkah saya minta sedikit makanan?"<br />
Wah, kau anak yang sopan sekali. Masuklah! Makan di dalam saja, ya!" kata wanita itu<br />
ramah.<br />
Ketika sedang makan, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang keras, Duk Duk!<br />
Ternyata suami wanita itu yang datang. Ia adalah Raksasa Pemakan Manusia. Dengan<br />
cepat wanita itu berkata pada Jack. "Nak, cepatlah<br />
sembunyi! Suamiku datang." "Huaaa!. Aku pulang. Cepat<br />
siapkan makan!" teriak raksasa itu. Jack menahan nafas di<br />
dalam tungku. Raksasa itu tiba-tiba mencium bau manusia.<br />
Lalu ia mengintip ke dalam tungku. Cepat-cepat istrinya<br />
berkata,"Itu bau manusia yang kita bakar kemarin.<br />
Sudahlah tenang saja. Ini makanannya sudah siap."<br />
Setelah makan, raksasa mengeluarkan pundi-pundi yang berisi uang emas curiannya,<br />
sambil meminum minuman keras. Lalu ia mulai menghitung Tak berapa lama ia mabuk dan<br />
akhirnya tertidur. Melihat hal itu, Jack segera keluar dari persembunyiannya. Sebelum<br />
pulang, ia mengambil uang emas hasil curian si raksasa itu sambil berjalan mengendapendap.<br />
Jack terus menuruni pohon kacang dan akhirnya sampai di<br />
rumah. "Ibu! lihatlah emas ini. Mulai sekarang kita jadi<br />
orang kaya." "Tak mungkin kau mendapat uang sebanyak ini<br />
dengan mudah. Apa yang kamu lakukan?" Lalu Jack<br />
menceritakan semua kejadian pada ibunya. "Kau terlalu<br />
berani Jack! Bagaimana jika raksasa itu datang untuk<br />
mengambilnya kembali," kata ibunya dengan<br />
kuatir. Semenjak mendapatkan uang emas, tiap harinya Jack hanya bersantai-santai saja<br />
dengan uang curiannya.<br />
Tidak berapa lama, uang hasil curiannya pun habis. Jack kembali memanjat pohon kacang,<br />
untuk menuju ke istana. "Eh kau datang lagi. Ada apa?" kata istri raksasa itu. "Selamat<br />
siang Bu. Karena saya belum makan dari pagi, perutku jadi lapar sekali." Ibu yang baik itu<br />
diam saja, tapi ia tetap memberi Jack makan siang. Tiba-tiba. Duk Duk Duk! Terdengar<br />
suara langkah kaki raksasa. Seperti dulu, Jack kembali bersembunyi di tungku.<br />
Setelah masuk ke rumahnya, raksasa itu makan dengan lahapnya. Setelah itu ia<br />
meletakkan ayam hasil curiannya ke atas meja sambil berkata, "Ayam, keluarkan telur<br />
emasmu." Lalu ayam itu berkokok, "kukuruyuuk.," ia mengeluarkan sebutir telur emas.<br />
Raksasa merasa puas, ia minum sake sampai akhirnya tertidur. "Telur emas? Wah hebat!"<br />
pikir Jack. Diam-diam ia menangkap ayam itu dan cepat-cepat lari pulang ke rumah.<br />
Dengan ayam petelur emasnya, Jack kembali bersantai-santai saja. "Daripaada kau<br />
mencuri, lebih baik bekerja di ladang saja", kata Ibu Jack. Karena tiap hari ayam itu<br />
mengeluarkan telur lebih dari seharusnya, ayam itupun mati. Jack kembali lagi ke istana<br />
raksasa itu. Dan lagi-lagi ia bersembunyi di tungku, ketika raksasa laki-laki pulang sambil<br />
membawa harpa. Sambil minum sake, raksasa berkata," Hai harpa, mainkan sebuah melodi<br />
yang indah." Keajaiban pun terjadi, harpa itu memainkan sendiri sebuah melodi indah.<br />
Lagu itu membuat sang raksasa tertidur.<br />
Jack mempunyai niat mencuri harpa itu. Ia pun mengulurkan tangannya, tapi "Tuan, ada<br />
pencuri!" tiba-tiba harpa itu berteriak. Raksasa itu pun terbangun. Ia segera mengejar<br />
Jack yang berlari sambil membawa harpa milik raksasa itu. Raksasa terus mengejar,<br />
menuruni pohon kacang. Ketika hampir sampai di bawah, Jack berteriak dengan suara<br />
kera. "Ibuu!. Ambilkan kapak dari gudang! cepat! cepat! Betapa terkejutnya sang Ibu<br />
melihat sosok raksasa yang datang mengejar Jack, ia gemetar karena amat takut. Begitu<br />
turun dari pohon, Jack segera menebang pohon kacang itu dengan kapaknya.<br />
Dengan suara yang keras, pohon kacang rubuh. Raksasa itu pun jatuh ke tanah, dan mati.<br />
Ibu sangat lega melihat Jack selamat. Sambil mengangis ia berkata : "Jack, jangan lagi<br />
kau melakukan hal yang menyeramkan seperti ini. Betapapun miskinnya kita bekerjalah<br />
dengan sungguh-sungguh. Dengan bersyukur kepada Tuhan, pasti kita berdua akan hidup<br />
dengan baik." "Maafkan saya Ibu, mulai sekarang saya akan bekerja dengan sungguhsungguh,<br />
kata Jack pada Ibunya."<br />
Sejak saat itu, Jack bekerja dengan rajin setiap harinya.<br />
Di sebelahnya, harpa memainkan melodi-melodi indah yang<br />
menambah semangat kerja Jack. Cerita tentang harpa<br />
ajaib telah menyebar ke seluruh pelosok negeri. Pada suatu<br />
hari, seorang putri cantik datang mengunjungi Jack. Tidak<br />
seperti biasanya, harpa memainkan sebuah melodi indah<br />
yang membuat sang Putri terpeso<br />
na. Lalu harpa bernyanyi : "Kalau Putri dan Jack menikah, akan berbahagia." Mendengar<br />
lagu itu, pipi sang Putri memerah. Akhirnya Jack menikah dengan Putri yang cantik<br />
tersebut berkat bantuan harpanya. Sejak saat itu Jack menjadi seorang raja yang suka<br />
menolong orang-orang yang kesusahan.<br />
HIKMAH :<br />
Bekerja keras jauh lebih baik daripada mendapatkah barang atau uang dari hasil<br />
curian.Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-62848762757116812772011-04-23T23:39:00.000-07:002011-04-23T23:39:35.300-07:00Kera Jadi Raja<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRIAXZoyiLXwSXBgEGqCQSnbVnefwD8vgJBgpSp0YI_a2ZpCRm013wahmU" /></div><br />
<br />
Di sebuah padang rumput di Afrika, seekor Singa sedang menyantap makanan. Tiba-tiba seekor burung elang terbang rendah dan menyambar makanan kepunyaan Singa. "Kurang ajar", kata singa. Sang Raja hutan itu sangat marah sehingga memerintahkan<br />
seluruh binatang untuk berkumpul dan menyatakan perang terhadap bangsa burung. "Mulai sekarang segala jenis burung adalah musuh kita, usir mereka semua, jangan disisakan!" kata Singa. Binatang lain setuju sebab mereka merasa telah diperlakukan sama oleh bangsa burung.<br />
Ketika malam mulai tiba, bangsa burung kembali ke sarangnya. Kesempatan itu digunakan oleh para Singa dan anak buahnya untuk menyerang. Burung-burung kocar-kacir melarikan diri. Untung masih ada burung hantu yang dapat melihat dengan jelas di malam hari sehingga mereka semua bisa lolos dari serangan singa dan anak buahnya.<br />
<a name='more'></a><br />
Melihat bangsa burung kalah, sang kelelawar merasa cemas, sehingga ia bergegas<br />
menemui sang raja hutan. Kelelawar berkata, "Sebenarnya aku termasuk bangsa tikus,<br />
walaupun aku mempunyai<br />
sayap. Maka izinkan aku untuk bergabung dengan kelompokmu,<br />
Aku akan mempertaruhkan nyawaku untuk bertempur melawan burung-burung itu". Tanpa<br />
berpikir panjang singa pun menyetujui kelelawar masuk dalam kelompoknya.<br />
Malam berikutnya kelompok yang dipimpin singa kembali menyerang kelompok burung dan<br />
berhasil mengusirnya. Keesokan harinya, menjelang pagi, ketika kelompok Singa sedang<br />
istirahat kelompok burung menyerang balik mereka dengan melempari kelompok<br />
singa dengan batu dan kacang-kacangan. "Awas hujan<br />
batu," teriak para binatang kelompok singa sambil<br />
melarikan diri. Sang kelelawar merasa cemas dengan hal<br />
tersebut sehingga ia berpikiran untuk kembali bergabung<br />
dengan kelompok burung. Ia menemui sang raja burung<br />
yaitu burung Elang. "Lihatlah sayapku, Aku ini seekor<br />
burung seperti kalian". Elang menerima kelelawar dengan<br />
senang hati.<br />
Pertempuran berlanjut, kera-kera menunggang gajah<br />
atau badak sambil memegang busur dan anak panah.<br />
Kepala mereka dilindungi dengan topi dari tempurung<br />
kelapa agar tidak mempan dilempari batu. Setelah<br />
kelompok singa menang, apa yang dilakukan kelelawar?.<br />
Ia bolak balik berpihak kepada kelompok yang menang.<br />
Sifat pengecut dan tidak berpendirian yang<br />
dimiliki kelelawar lama kelamaan diketahui oleh kedua kelompok singa dan kelompok<br />
burung.<br />
Mereka sadar bahwa tidak ada gunanya saling bermusuhan. Merekapun bersahabat<br />
kembali dan memutuskan untuk mengusir kelelawar dari lingkungan mereka. Kelelawar<br />
merasa sangat malu sehingga ia bersembunyi di gua-gua yang gelap. Ia baru menampakkan<br />
diri bila malam tiba dengan cara sembunyi-sembunyiTingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-15310471250066170902011-04-23T23:37:00.000-07:002011-04-23T23:37:18.181-07:00Raja dan Kura-kura<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTyeLIZY8dxJpo8KFyTX7PysGTR9fpc_FAQ15LnzHHj7UpF0ItpZo1tuQ" /></div><br />
<br />
Di Benares, India, hidup seorang raja yang sangat gemar berbicara. Apabila ia sudah<br />
mulai membuka mulutnya, tak seorang pun diberi kesempatan menyela pembicaraannya.<br />
Hal ini sangat mengganggu menterinya. Sang menteri pun selalu memikirkan cara terbaik<br />
menghilangkan kebiasaan buruk rajanya itu.<br />
Pada suatu hari raja dan menterinya pergi berjalan-jalan di halaman istana. Tiba-tiba<br />
mereka melihat seekor kura-kura tergeletak di lantai. Tempurungnya terbelah menjadi<br />
dua.<br />
"Sungguh ajaib!" kata Sang Raja dengan heran.<br />
"Bagaimana hal ini dapat terjadi?"<br />
Lalu Raja mulai dengan dugaan-dugaannya. Dia terusmenerus membicarakan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi dengan kura-kura itu. Sang Menteri hanya mengangguk-anggukkan kepala menunggu kesempatan berbicara. Kemudian dia merasa menemukan cara terbaik<br />
<a name='more'></a><br />
untuk menghilangkan kebiasaan buruk Sang Raja.<br />
Ketika Sang Raja menarik napas untuk berbicara lagi, Sang Menteri segera menukas dan<br />
berkata,<br />
"Paduka, saya tahu kejadian sebenarnya yang dialami kura-kura naas ini!"<br />
"Benarkah? Bila begitu, lekas katakan," kata Raja penuh rasa ingin tahu.<br />
Dengan penuh keseriusan Sang Raja mendengarkan cerita menterinya. Sang Menteri pun<br />
mulai bercerita.<br />
Kura-kura itu awalnya tinggal di sebuah danau di dekat pegunungan Himalaya. Di sana<br />
terdapat juga dua ekor angsa yang selalu mencari makan di danau tersebut. Mereka pun<br />
akhirnya bersahabat. Pada suatu hari dua ekor angsa itu menemui kura-kura yang sedang<br />
berjemur di tepi danau. "Kura-kura, kami akan segera kembali ke tempat asal kami yang<br />
terletak di gua emas di kaki Gunung Tschittakura. Daerah tempat tinggal kami adalah<br />
daerah terindah di dunia. Tidakkah engkau ingin ikut kami ke sana?" tanya Sang Angsa.<br />
"Dengan senang hati aku akan turut denganmu," sahut kura-kura riang.<br />
"Tetapi, sayangnya aku tak dapat terbang seperti kalian," lanjutnya dengan wajah<br />
mendadak sedih.<br />
"Kami akan membantumu agar dapat turut bersama kami ke sana. Tapi selama dalam<br />
perjalanan kamu jangan berbicara karena akan membahayakan dirimu," kata angsa.<br />
"Aku akan selalu mengingat laranganmu. Bawalah aku ke tempat kalian yang indah itu,"<br />
janji kura-kura.<br />
Lalu kedua angsa tersebut meminta kura-kura agar menggigit sepotong bambu. Kemudian<br />
kedua angsa tersebut menggigit ujung-ujung bambu dan mereka pun terbang ke angkasa.<br />
Ketika kedua angsa itu sudah terbang tinggi, beberapa orang di Benares melihat<br />
pemandangan unik tersebut. Mereka pun tertawa terbahak-bahak sambil berteriak.<br />
"Coba, lihat! Sungguh lucu. Ada dua ekor angsa membawa kura-kura dengan sepotong<br />
bambu." Kura-kura yang suka sekali bicara merasa tersinggung ditertawakan. Dia pun lupa<br />
pada larangan kedua sahabatnya. Dengan penuh kemarahan dia berkata,<br />
"Apa anehnya? Apakah manusia itu sedemikian bodohnya sehingga merasa aneh melihat<br />
hal seperti ini?"<br />
Ketika kura-kura membuka mulutnya untuk berbicara, dua ekor angsa itu sedang terbang<br />
di istana. Kura-kura pun terlepas dari bilah bambu yang digigitnya. Dia terjatuh tepat di<br />
sini dan tempurungnya terbelah dua. "Kalau saja kura-kura itu tidak suka berbicara<br />
berlebih-lebihan, tentu sekarang dia telah tiba di tempat sahabatnya,"<br />
kata Sang Menteri mengakhiri ceritanya sambil memandang Sang Raja. Pada saat<br />
bersamaan Raja pun memandang menterinya.<br />
"Sebuah cerita yang menarik," sahut Sang Raja sambil tersenyum. Dia menyadari kemana<br />
arah pembicaraan menterinya.<br />
Sejak saat itu, Sang Raja mulai menghemat kata-katanya. Dia tidak lagi banyak bicara.<br />
Tentu saja Sang Menteri amat senang melihat kenyataan itu.Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-4374778945726935332011-04-23T23:34:00.000-07:002011-04-23T23:34:16.316-07:00Mia dan Si Kitty<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMS0fLO9zvDBOG_wPiAAzauwQVoj-j1xBnF0O0cWNzfs_BXb3evWJy1_BCPursqXG2QHbof-NOh6QJU3bvfGE7h-UbQxJkPHlmwgVZHBTTtXDQAztNQC-Iy4py3jL8-OPBD0JNvgOlwLqy/s320/docinderella2.jpg" /></div><br />
<br />
Mia adalah seorang anak yang baik hati. Ia tinggal bersama orangtuanya di suatu desa. Karena ramah dan baik hati, ia mempunyai banyak teman di lingkungan rumah maupun sekolahnya. Mia adalah anak terkecil diantara 4 bersaudara. Setiap harinya, Mia dan kakak-kakaknya selalu diajari kedisiplinan dan budi pekerti oleh orangtuanya. Mia sangat senang dengan binatang. Binatang yang ada di rumahnya, dipeliharanya dengan rajin. Sudah lama Mia ingin memelihara kucing, tetapi Ibunya melarang binatang peliharaan yang dipelihara di dalam rumah karena membuat rumah kotor.<br />
<br />
<a name='more'></a><br />
Suatu hari, Mia sedang pergi menuju sekolahnya. Ia pergi ke sekolah dengan berjalan<br />
kaki. Jarak antara rumah dan sekolahnya tidak terlalu jauh hanya 300 meter. Di tengah<br />
jalan, ia melihat seekor anak kucing yang masih kecil terjatuh ke dalam selokan. Mia<br />
merasa kasihan dengan anak kucing itu. Lalu ia mengangkat anak kucing itu dari selokan<br />
dan menaruhnya di tempat yang aman kemudian Mia melanjutkan perjalanannya ke<br />
sekolah. Bel tanda masuk berbunyi. Mia dan teman-temannya segera masuk ke kelas.<br />
Di sekolahnya, Mia termasuk anak yang cerdas. Ia selalu masuk dalam rangking 3 besar.<br />
Ia sering mengadakan kelompok belajar bersama<br />
teman-temannya di waktu istirahat<br />
maupun setelah pulang dari sekolah. Dalam kelompok belajar itu, mereka membahas<br />
pelajaran yang telah mereka dapatkan dan juga membahas pekerjaan rumah yang<br />
diberikan oleh guru. Kriiingg... Bel tanda waktu pulang berbunyi! Mia dan teman-temannya<br />
segera bergegas membereskan buku-bukunya dan segera keluar ruangan.<br />
Di perjalanan pulang, ketika sedang mengobrol dengan teman-temannya, Mia melihat anak<br />
kucing yang tadi pagi dilihatnya dalam selokan. Anak kucing itu mengeong-ngeong sambil<br />
terus mengikuti Mia. Mia tidak sadar ia diikuti oleh anak kucing itu. Sesampainya di<br />
rumah, ketika akan menutup pintu, Mia terkejut karena ada anak kucing mengeong<br />
sekeras-kerasnya. Mia baru menyadari kalau anak kucing yang ditolongnya, mengikutinya<br />
sampai rumah.<br />
Mia mohon pada Ibunya, agar ia di izinkan memelihara kucing kecil itu. "Tidak boleh!,<br />
nanti hewan itu membuat kotor rumah", ujar Ibu Mia. "Tapi bu, kasihan kucing ini! ia tidak<br />
punya tempat tinggal dan tidak punya orangtua", kata Mia. Setelah beberapa saat,<br />
akhirnya Ibu membolehkan Mia memelihara kucing dengan syarat binatang itu tidak boleh<br />
ditelantarkan dan jangan sampai mengotori rumah.<br />
Sejak saat itu, Mia memelihara anak kucing itu. Setiap hari ia memberi minum dan makan<br />
anak kucing itu. Lama-lama Mia menjadi sangat sayang dengan anak kucing itu. Mia<br />
memberi nama anak kucing itu Kitty. Semenjak dipelihara Mia, Kitty menjadi bersih dan<br />
gemuk, bulunya yang berbelang tiga membuatnya tambah lucu.<br />
Beberapa bulan kemudian, Si Kitty menjadi besar. Suatu hari, Mia melihat seekor burung<br />
kutilang yang tergeletak di halaman rumahnya. Mia mendekati burung kutilang itu dan<br />
mengangkatnya. Ternyata burung kutilang itu terluka sayapnya dan tidak bisa terbang.<br />
Mia merawat burung itu dengan penuh kasih sayang. Si Kitty merasa cemburu karena<br />
merasa Mia menjadi lebih sayang pada burung kutilang daripadanya. Padahal Mia tetap<br />
menyayangi si Kitty. Karena merasa tidak diperhatikan lagi, setiap Mia tidak ada, si Kitty<br />
selalu menakut-nakuti burung kutilang tersebut.<br />
Setelah dirawat Mia selama seminggu, burung kutilang itu jadi sembuh. Beberapa hari<br />
kemudian, ketika Mia baru pulang dari sekolah, ia melihat pintu kandang burung<br />
kutilangnya terbuka dan ada bercak darah di bawah kandang burung kutilangnya. Mia<br />
berpikir jangan-jangan si Kitty memakan burung Kutilangnya. Ketika melihat si Kitty, Mia<br />
jadi lebih curiga karena pada mulut si Kitty terdapat bercak darah. Karena saking<br />
kesalnya, Mia mengambil sapu dan mengejar si Kitty untuk dipukul. Si Kitty segera berlari<br />
masuk ke kolong tempat tidur.<br />
Ketika melihat ke kolong Mia sangat terkejut karena ada seekor ular yang sudah mati di<br />
bawah kolong tempat tidurnya. Akhirnya Mia sadar, si Kitty telah menyelamatkannya<br />
dengan menggigit ular tersebut. Mia baru ingat kalau ia lupa menutup pintu sangkar<br />
burungnya. Mia menyesal ketika ingat akan memukul si Kitty. Padahal kalau tidak ada si<br />
Kitty mungkin ular tersebut masih hidup dan bisa mencelakainya. Akhirnya Mia sadar akan<br />
kesalahannya dan memeluk si Kitty dengan erat. Sejak kejadian itu, Mia jadi lebih sayang<br />
dengan Si Kitty.Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-84000866397220916362011-04-23T23:31:00.000-07:002011-04-23T23:31:53.072-07:00Landi landak yang kesepian<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRyY_7wHsPdvJRAW098LecYftzQYSs2J-YSHwNRY4g_JQjK1C6i0mIWnbk" /></div><br />
<br />
Di hutan yang rindang, hidup seekor anak landak yang merasa kesepian. Landi namanya. Landi tidak mempunyai teman karena teman-temannya takut tertusuk duri tajam yang ada di badannya. "Maaf Landi, kami ingin bermain denganmu, tapi durimu sangat tajam," kata Cici dan teman-temannya. Tinggallah Landi sendirian. Ia hanya bisa bersedih. "Mengapa mereka tidak mau berteman dan bermain denganku?, padahal tidak ada seekor binatang pun yang pernah tertusuk duriku," gumam Landi.<br />
Hari-hari berikutnya Landi hanya melamun di tepi sungai. "Ah, andai saja semua duriku ini<br />
hilang, aku bisa bebas bermain dengan teman-temanku", kata Landi dalam hati. <br />
<a name='more'></a>Landi merasa tidaklah adil hidupnya ini, selalu dijauhi teman-temannya. Ketika sedang asyik<br />
dengan lamunannya, muncullah Kuku Kura-kura. "Apa yang sedang kau lamunkan, Landi?"<br />
sapa kuku mengejutkan. "Ah, tidak ada," jawab Landi malu. "Jika kau mempunyai masalah,<br />
aku siap mendengarkannya," kata Kuku.<br />
Kuku kura-kura kemudian duduk di sebelah Landi. Lalu<br />
Landi mulai bercerita tentang masalahnya. "Kau tak perlu<br />
khawatir. Aku bersedia menjadi sahabatmu. Percayalah!"<br />
kata kuku sambil menjabat tangan Landi. Betapa<br />
girangnya hati Landi. Kini ia mempunyai teman.<br />
"Tempurungmu tampak begitu berat. Apa kau tidak<br />
merasa tersiksa?" tanya Landi. "Oh, sama sekali tidak.<br />
Justru tempurung ini sangat berguna. Tempurung ini bisa<br />
melindungiku. Jika ada bahaya,<br />
aku hanya perlu menarik kaki dan<br />
kepalaku ke dalam. Hebat kan? Selain itu aku tak perlu<br />
repot mencari tempat tinggal. "Rumahku ini bisa berpindah-pindah sesuai keinginanku",<br />
kata Kuku kura-kura sambil mempraktekkan apa yang dikatakannya. Landi landak merasa<br />
terhibur.<br />
Suatu hari, teman Landi yang bernama Sam Kodok berulang tahun. Semua diundang,<br />
termasuk Landi Landak. "Ayo Landi, kau harus datang ke pesta itu," bujuk Kuku kura-kura.<br />
"Aku tidak mau karena nanti teman-teman yang lain pasti akan menjauhiku karena takut<br />
tertusuk duri," kata Landi dengan sedih. "Jangan khawatir, kau kan tidak sendirian. Aku<br />
akan menemanimu. Di sana banyak kue yang lezat dam tentu saja buah apel loh!"<br />
Mendengar kata apel, Landi menjadi tergoda. Ia memang sangat menyukai apel. Akhirnya<br />
Landi mau juga berangkat bersama Kuku kura-kura.<br />
Pesta Sam kodok sangat meriah. Wangi aneka bunga tercium disetiap sudut ruangan. Ada<br />
dua meja panjang diletakkan di sisi kiri dan kanan halaman Sam kodok. Di atasnya<br />
tersedia berbagai macam kue dan buah-buahan. "Lihat! Di dekat meja ada satu tong<br />
sirup apel!, kata Landi". Landi dan Kuku kura-kura<br />
memberikan selamat pada Sam kodok. Setelah meniup<br />
lilin. Semua bertepuk tangan sambil bernyanyi "Selamat<br />
Ulang Tahun". Pada saat berdansa, semua yang diundang<br />
menghindar dari Landi landak. Mereka takut tertusuk<br />
duri Landi landak. Akhirnya, Kuku kura-kura lah yang<br />
menemani Landi berdansa.<br />
Tiba-tiba, pesta yang mengasyikkan itu terhenti dengan teriakan Tito. Ia datang sambil<br />
berlari ketakutan. "Awas! Serigala jahat datang! Tolong...! Tolong...! Teriaknya dengan<br />
napas tersengal-sengal. Semua menjadi ketakutan. Mereka berlarian menyelamatkan diri.<br />
Karena tidak bisa berlari, Kuku kura-kura langsung memasukkan<br />
kepala dan kakinya ke tempurung rumahnya. Sedangkan<br />
Landi Landak segera menggulung tubuhnya menjadi<br />
seperti bola. Serigala jahat yang mengejar teman-teman<br />
Landi tidak melihat tubuh Landi. Tiba-tiba, "Brukk,<br />
aduhhh..." teriak serigala jahat. Ia tertusuk duri tajam<br />
Landi Landak. Sambil menahan sakit, Serigala jahat<br />
langsung lari tunggang langgang. Maka selamatlah Landi<br />
dan teman-temannya.<br />
"Hore..! Hore...! Hidup Landi Landak!" semua binatang mengelukan Landi. Landi menjadi<br />
tersipu malu karenanya. "Maafkan aku Landi, selama ini aku menjauhimu. Padahal kau tidak<br />
pernah menyakitiku. Ternyata duri tajammu itu telah menyelamatkan kita semua," sesal<br />
Cici Kelinci. Akhirnya semua yang datang ke pesta Sam Kodok meminta maaf pada Landi<br />
Landak karena telah menjauhinya kemudian mereka pun berterima kasih pada Landi<br />
Landak karena telah melindungi mereka dari serigala jahat. Kini, Landi Landak tidak<br />
merasa kesepian lagi. Teman-temannya tidak takut lagi akan durinya yang tajam. Bahkan<br />
mereka merasa aman jika Landi berada di dekat mereka.Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-80585063421755093642011-04-23T23:29:00.001-07:002011-04-23T23:29:43.491-07:00Paman Gober dan Ikan Ajaib<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQkAOwmf9agdoMz3NPVnIQK6PWRHZVEfY6wZqgYqPAQ9mCIz4M-qgj--Q" /></div><br />
<br />
Suatu hari Paman Gober pergi ke Klub Milioner, tempat ia biasa berkumpul bersama teman-temannya. Sesampainya disana, ia melihat pengumuman perlombaan memancing untuk anggota klub dengan hadiah sepatu ladam dari emas.<br />
"Wah, perlombaan yang hebat!, Aku akan ikut serta", kata Paman Gober.<br />
Paman Gober segera berangkat ke pelabuhan. Ia menyewa perahu motor dan kail. Dalam waktu singkat,<br />
Paman Gober berhasil mendapatkan seekor ikan yang sangat besar. Tapi, tiba-tiba ikan itu bisa berbicara.<br />
"Kumohon, lemparkan aku ke laut lagi", kata ikan tersebut. "Kalau kau melepaskan aku, aku akan<br />
mengabulkan semua permintaanmu", kata ikan itu lagi. <br />
<a name='more'></a>Paman Gober berpikir, "Ikan yang bisa berbicara pasti ikan ajaib dan barangkali ikan ini memang<br />
benar-benar dapat mewujudkan apa yang paling kuinginkan." Paman Gober akhirnya<br />
meminta agar gudang uangnya<br />
dipenuhi dengan uang. "Kau akan mendapatkan apa yang kau<br />
inginkan, pulang dan lihatlah gudang uangmu sekarang. Setelah melemparkan ikan itu ke<br />
laut lagi, ia segera pulang dengan tergesa-gesa.<br />
Ternyata benar, gudang uangnya sudah penuh. Penuh dengan logam emas sampai<br />
menyentuh langit-langit ruangan. Paman Gober melompat-lompat kegirangan. Tetapi Ia<br />
segera berpikir dan berkata pada dirinya sendiri, "seekor ikan yang dapat memenuhi<br />
lumbung pasti dapat melakukan hal lain yang lebih hebat, Aku terlalu cepat<br />
melepaskannya".<br />
Paman Gober segera kembali ke pelabuhan. Sesampainya di tengah laut ia memanggil ikan<br />
ajaib tersebut. "Oh ikan," panggilnya. "Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." "Apalagi?<br />
Bukankah gudang uangmu sudah penuh?", Tanya si ikan ajaib. "Benar", jawab Paman Gober.<br />
"Tetapi aku meminta kebaikan hatimu, bisakah aku mendapatkan sebuah Istana?,<br />
sepertinya tidak pantas jika aku mempunyai banyak uang tetapi masih tinggal dirumah tua<br />
saat ini", ujar Paman Gober". "Baiklah, sekarang kau akan memiliki sebuah Istana yang<br />
bagus, pulang dan lihatlah", ujar ikan sambil berenang ke laut lagi.<br />
Setelah sampai di rumah, rumah Paman Gober sudah hilang. Di tempat itu sekarang<br />
berdiri Istana yang sangat indah dan megah. Pintunya terbuat dari emas dan lantainya<br />
dari marmer. Selama hampir satu jam Paman Gober bergembira dan bangga pada dirinya<br />
sendiri. Ia merasa masih tidak puas. "Karena aku mempunyai sebuah istana, seharusnya<br />
aku menjadi seorang raja dan duduk di singgasana dengan memakai mahkota emas",<br />
pikirnya. "Paman Gober, mungkin Paman sudah gila!!", kata Donal. Paman Gober tidak<br />
perduli, karena pikirannya hanya harta terus, ia segera pergi ke pelabuhan untuk menemui<br />
ikan ajaib lagi. "Apalagi sekarang?, apa Istana itu kurang bagus?", tanya sang ikan ajaib.<br />
"Istana itu indah sekali, Istana itu cocok untuk tempat tinggal seorang raja, karena itu<br />
aku ingin menjadi raja, ujar Paman Gober." "Tidak masuk akal!", kata si ikan. "Begitukah<br />
ucapan terima kasihmu setelah aku melepaskan dan membiarkanmu pergi!?" "Baiklah",<br />
kata ikan itu. "Aku akan mengabulkan permintaanmu kali ini, berusahalah menjadi raja<br />
yang baik", lanjutnya. Ketika sampai<br />
di Istananya, banyak pelayan yang menyambut dan<br />
memberi hormat kepada Paman Gober. Di ujung ruangan<br />
terdapat sebuah singgasana dan sebuah mahkota dari<br />
emas. Tidak berapa lama setelah menikmati menjadi raja,<br />
Paman Gober kembali berpikir, mungkin seorang raja<br />
tidak cukup berharga. Ia ingin menjadi seorang Kaisar<br />
untuk seluruh dunia. Sehingga tidak ada seorangpun yang<br />
akan menertawakanku.<br />
Paman Gober kembali menemui Ikan ajaib. Setelah ia memanggil-manggil, ikan ajaib itu<br />
muncul menyembulkan kepalanya. "Apa lagi sekarang ?", Tanya si ikan. "Menjadi seorang<br />
raja tidaklah cukup hebat bagiku," kata Paman Gober. "Aku ingin menjadi Kaisar Agung",<br />
lanjutnya. "Apakah ketamakanmu tidak ada akhirnya?" Tanya si ikan lagi. "Sekarang aku<br />
tahu kekuatan ajaib ini tidak cukup membuat orang tamak sepertimu merasa puas dan<br />
bahagia, pulanglah dan sekarang kau harus berbahagia dengan apa yang kau miliki seperti<br />
ketika belum bertemu denganku", kata Ikan sambil pergi meninggalkan Paman Gober.<br />
Paman Gober pulang kembali. Ia tidak menemui Istananya, begitu pula singgasana dan<br />
mahkotanya. Semuanya lenyap termasuk gudang uangnya yang menjadi seperti semula.<br />
Paman Gober mulai menangis. Ia menangisi semua hartanya yang lenyap. Beberapa saat<br />
kemudian, Paman Gober mengingat kembali kata Ikan ajaib. "Tak ada kekuatan ajaib yang<br />
bisa memuaskan orang yang tamak, berbahagialah dengan apa yang kau miliki". Ia segera<br />
berhenti menangis dan mengeringkan air matanya. "Lumbung uangku ini bukan separuh<br />
kosong, tetapi separuh penuh. Mungkin aku tidak terlalu miskin", pikirnya.<br />
"Ikan itu adalah ikan yang bijak", kata Paman Gober.<br />
"Sekarang ikut aku Donal, kita akan makan malam.<br />
Sesampainya direstoran Paman Gober dan Donal memakan<br />
makanan yang lezat sambil tertawa bersama. Tetapi,<br />
setelah mereka selesai makan, Paman Gober memberikan<br />
rekening tagihannya kepada Donal. Ternyata, Paman Gober<br />
masih belum berubah, walaupun Ikan ajaib telah<br />
memberinya pelajaran.<br />
HIKMAH :<br />
Semua nikmat dan rezeki yang didapatkan setiap hari harus selalu kita syukuri.<br />
Ketamakan dan keserakahan dapat membuat seseorang menjadi kehilangan segalanya.Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-19275836694972520292011-04-23T23:29:00.000-07:002011-04-23T23:29:40.086-07:00Petualangan Tom Sawyer<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQGjfdYX5mWBshqzMjHnrWtJl5vWaatXQ2kEFKaeT0fw4YjwsREU21dfqc" /></div><br />
<br />
Tom Sawyer adalah seorang anak laki-laki yang sangat menyukai petualangan. Pada suatu malam ia melarikan diri dari rumah, lalu bersama temannya yang bernama Huck pergi ke pemakaman. "Hei, Huck! Kalau kita membawa kucing yang mati dan menguburnya, katanya kutil kita bisa diambil." "Benar. Serahkan saja padaku! Masa'sih begitu saja takut."<br />
"Hei , tunggu! Ada orang yang datang! Tom dan Huck segera bersembunyi. "Bukankah itu Dokter dan Kakek Peter? Dan itu si Indian Joe..." Kemudian Dokter dan Kakek Petter mulai bertengkar karena masalah uang. Untuk mendapatkan mayat, Dokter harus melakukan penggaliannya berdua. Lalu Kakek Petter mulai menaikkan harga, tetapi Dokter menolak. Kemudian Kakek Petter dipukul oleh Dokter hingga terjatuh. Setelah itu, si Indian Joe memungut pisau yang dibawa Kakek Petter dan melompat menyerang Dokter.<br />
Brukk!<br />
<a name='more'></a><br />
Si Indian Joe membunuh Dokter, lalu pergi membawa lari uang itu. Keesokan harinya<br />
Dokter ditemukan meninggal dunia di pemakaman itu, dan orang-orang kota mulai<br />
berkumpul. "Ini adalah pisau Kakek Petter. Jadi, Kakek yang membunuh Dokter." "A... aku<br />
tidak bisa mengingatnya dengan jelas... "Apa!? Aku telah melihat Kakek Petter membunuh<br />
Dokter." "Memang benar, pembunuhnya adalah Kakek Petter.<br />
Kemudian Kakek Petter ditangkap dan dimasukkan ke<br />
dalam<br />
penjara. "Wah... padahal pembunuh yang<br />
sebenarnya adalah si Indian Joe." "Tetapi, kalau kita<br />
mengatakan hal itu, si Indian Joe akan balas dendam dan<br />
membunuh kita..." Beberapa hari telah berlalu, dan semua<br />
orang telah melupakan kejadian itu. Pada suatu hari Tom<br />
bertengkar dengan Becky, gadis yang disukain<br />
ya di sekolah. "Apa-apaan. Aku benci sama Tom."<br />
Tom yang dimarahi oleh Becky merasa patah hati. Lalu temannya yang bernama Joe<br />
berkata, "Baik di rumah maupun di sekolah aku sudah tak diperlukan. Tom, kita<br />
melarikan diri saja, yuk!" Tom dan Joe mengajak Huck,<br />
mereka bermaksud hidup di sebuah pulau di tengahtengah<br />
sungai. "Yahooo! Kalau begini, kita seperti bajak<br />
laut, ya! "Kita tak perlu pergi ke sekolah." Ketiganya<br />
menyeberangi sungai dengan rakit yang dibuatnya, dan<br />
mereka seharian bermain. Ketika mulai lapar, mereka pun<br />
makan telur goreng dan apel.<br />
Keesokan harinya ketika mereka sedang bermain, tiba-tiba.... duaaar! Air sungai<br />
menyembur ke atas. "Oh, itu adalah isyarat dari seseorang yang sedang mencari orang<br />
yang tenggelam." Orang-orang kota mengira Tom dan Joe tenggelam di sungai, lalu<br />
mereka pun datang untuk mencari. "Mungkin saat ini Bibi Polly sedang<br />
mengkhawatirkanku." Di tengah malam Tom berenang menyeberangi sungai, kembali ke<br />
rumahnya untuk melihat keadaan. Ketika Tom mengintip dari jendela, dilihatnya Bibi Polly<br />
dan Ibu Joe sedang menangis. "Semuanya meninggal dunia, ya..."<br />
Kemudian Tom kembali ke pulau dan menceritakan hal itu pada Huck dan Joe. Mereka<br />
sangat terkejut. Akhirnya, mereka sepakat untuk pulang pada hari upacara pemakaman<br />
mereka. "Wah, Tom! Kamu pulang, ya.!" "Joe, syukurlah kamu pulang dengan selamat."<br />
Semuanya gembira atas kepulangan mereka.<br />
Beberapa hari kemudian pengadilan Kakek Petter dimulai. Di pengadilan Kakek Petter<br />
ditetapkan sebagai pembunuh, dan ia akan dihukum mati. Untuk membebaskan Kakek<br />
Petter, Tom memberanikan diri menjadi saksi. "Pembunuh yang sebenarnya adalah si<br />
Indian Joe itu. Kami telah melihat kejadian yang sesungguhnya." Si Indian Joe yang<br />
mendengar hal ini segera melompat dari jendela. Praaang! Ia melarikan diri. Kakek Petter<br />
merasa sangat gembira karena jiwanya tertolong. "Tom, terima kasih banyak. Begitu<br />
pengadilan berakhir, kota kembali pada kehidupannya semula. Pada suatu hari Huck dan<br />
Tom pergi ke sebuah rumah yang tak berpenghuni. Ketika keduanya sedang mencari<br />
sesuatu di tingkat dua, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam rumah. "Ooh! Si Indian Joe<br />
bersama sahabatnya, si pencuri!"<br />
Untuk menyembunyikan uang yang telah dicurinya, para pencuri itu mulai menggali lantai.<br />
Dan... criing! Mereka mengeluarkan kotak emas. "Hyaaa! Harta karun yang banyak!"<br />
"Baiklah, kita pindahkan persembunyiannya lalu kita beri tanda dengan kayu ini." Si Indian<br />
Joe juga mulai naik ke tingkat dua, untuk memeriksa. "Bagaimana, nih? Kalau ketahuan,<br />
pasti kita dibunuh olehnya..." Praaak! Gedebug! Karena papan tangganya sudah lapuk, di<br />
tengah-tengah tangga si Indian Joe terjatuh. Tom dan Huck pun merasa lega.<br />
Di lain pihak Tom, Becky, dan teman-temannya pergi berpiknik bersama-sama. Tetapi,<br />
Tom dan Becky tersesat di sebuah goa. Mereka tak tahu jalan pulang. Tiba-tiba,<br />
muncul asap membumbung mengelilingi keduanya. "Kyaaa!<br />
Tom, aku takut!" "Oh, ada seseorang!" Tiba-tiba<br />
muncullah sosok Indian Joe di depan Tom dan Becky.<br />
Saking terkejutnya, sampai-sampai keduanya sulit untuk<br />
bemafas. "Waaaw! Ayo, lari!" Dengan cepat, Tom dan<br />
Becky berlari hingga keluar dari dalam goa. Akhimya<br />
mereka pulang.<br />
Bibi Polly yang khawatir sangat gembira dengan kepulangan kedua anak itu. Ketika Tom<br />
pergi bermain ke rumah Becky, ayah Becky berkata, "Tom karena goa itu berbahaya,<br />
sebaiknya ditutup saja." Ya... tetapi di situ ada Indian Joe. Ketika semuanya pergi ke<br />
sana, ternyata Indian Joe jatuh pingsan di pintu masuk goa. la tersesat. Kemudian mereka<br />
menutup pintu masuk goa, dan menjebloskan Indian Joe ke dalam penjara. "Temyata<br />
Indian Joe menyembunyikan emasnya di atas batu yang terletak di dalam goa ini dan telah<br />
diberi tanda. " Tom dan Huck masuk ke dalam goa dengan melewati jalan rahasia. Ketika<br />
mereka menggali batu yang sudah diberi tanda, mereka melihat emas yang disembunyikan<br />
kedua orang pencuri itu.<br />
"Horee dengan harta ini, kita akan menjadi kaya!" Saat Tom dan Huck pulang, Nyonya<br />
Douglas yang telah ditolong oleh Huck mengadakan pesta untuk menyambut mereka.<br />
"Petualangan Tom Sawyer" adalah cerita yang diangkat dari kisah di Mississipi, Amerika.<br />
Menceritakan tentang pemuda nakal, bernama Tom dan sahabatnya, Huck.Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-1764661144842236402011-04-23T23:14:00.000-07:002011-04-23T23:14:01.554-07:00Petualangan Guliver<span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: 'Times New Roman'; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t0.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcR95QuqiHdimqKw84DmrnKhkAArsRcqyqD1asaV_BBpFItslqpfkellTg" /></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Dahulu kala di negara Inggris ada seorang dokter muda bernama Guliver. Ia senang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berlayar ke negara yang sangat jauh. Hingga pada suatu saat, ketika ia berlayar, datang angin topan yang sangat dahsyat. Semua orang yang naik kapal tersebut terlempar ke laut. Guliver terus berenang di antara ombak yang bergulung-gulung. Akhirnya ia terdampar di sebuah pantai. Ketika ia membuka matanya, tubuhnya telah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">diikat dengan tali kecil dan banyak prajurit-prajurit kecil</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">yang membawa tombak mengelilinginya. "Jangan bergerak!</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lihatlah keadaanmu!" "Hai laki-laki raksasa, siapakah kau </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sebenarnya ?". "Namaku Guliver, kapal yang aku naikitenggelam dan aku terdampar disini." "Baiklah, kau akan </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kami bawa ke Istana." Kemudian prajurit-prajurit kecil </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mengangkat dan menaikkan Guliver ke atas kendaraan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">raksasa yang ditarik kuda-kuda kecil.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a name='more'></a></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Setelah tiba di Istana dan tali-tali yang mengikatnya dilepaskan, Guliver menceritakan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kejadian yang menimpa diri dan kapalnya kepada raja. "Baiklah, kau boleh tinggal disini</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">asal kau berkelakuan baik dan sopan", kata sang Raja. Setelah itu raja menyuruh</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">pelayannya untuk menyiapkan hidangan untuk Guliver. "Sebagai rasa hormat saya, saya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ingin memberikan hadiah kepada Baginda," kata Guliver sambil mengeluarkan sebuah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">pistol dan mencoba menembakkannya. Door!! Orang-orang di kota tersebut terkejut dan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berlarian mendengar suara pistol Guliver. "Hm.. meriam yang hebat," kata Raja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Keesokan harinya, Guliver berjalan berkeliling kota setelah diijinkan oleh Raja. Guliver</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">merasa sedang berjalan diantara gedung-gedung yang bagaikan mainan. Guliver semakin</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">akrab dengan penduduk-penduduk di lingkungan Istana. Guliver memberikan kenangkenangan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berupa sebuah jam kepada mereka. Suatu hari, Raja datang dengan putrinya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">untuk berunding. Raja merasa bingung karena raja negeri tetangga ingin menikah dengan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">putrinya. Tetapi putrinya tidak menginginkannya. Namun, jika permintaan tersebut</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ditolak, raja negeri seberang mengancam akan datang menyerang. "Baiklah, aku akan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berusaha menolong, Tuanku." Guliver minta disediakan tali-tali yang diberi kail pada</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ujungnya. Ketika ia pergi ke pelabuhan, kapal-kapal musuh sudah berjejer di tengah laut.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Guliver pergi ke arah kapal itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tiba-tiba ia diserang dengan panah-panah kecil yang tidak</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">terasa dibadan Guliver. Ia hanya menutup matanya dengan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tangan agar panah-panah itu tidak mengenai matanya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Guliver menarik kapal-kapal musuh ke pelabuhan. "Hidup</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Guliver!", "Hebat! Guliver sangat kuat." Akhirnya raja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">negeri tetangga memohon maaf dan berjanji tidak akan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berperang lagi dan akan menjalin persahabatan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Esok harinya, Guliver menemukan perahu yang sudah rusak dan hanyut terombang-ambing</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ombak. "Kalau kondisi perahu ini baik, aku mungkin bisa bertemu dengan kapal laut yang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">akan pulang ke Inggris. Penduduk negeri itu membantu Guliver memperbaiki perahu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Berkat usaha dan kerjasama yang baik, dalam sekejap perahu itu sudah bagus</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kembali. "Terima kasih banyak atas bantuan kalian semua."</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tibalah hari kepulangan Guliver. Ia dibekali makanan dan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">juga sapi-sapi yang dinaikkan ke perahu. "Baginda, saya</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">telah merepotkan selama tinggal disini dalam waktu yang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">lama, maafkan saya jika saya banyak kesalahan." "Hatihatilah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Guliver dan selamat jalan." Setelah diantar Raja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">dan segenap penduduk negeri, perahu Guliver berangkat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menuju lautan. "Beberapa hari kemudian, dari arah depan perahu,</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Guliver melihat kapal laut besar. Ia segera melambaikan tangannya dan ia pun ditolong</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">oleh kapal itu. Kebetulan sekali, ternyata kapal itu akan pulang ke Inggris. "Syukurlah</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">akhirnya aku bisa pulang ke Inggris," ucap Guliver dalam hati. Orang-orang dikapal merasa</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kagum dan aneh dengan cerita Guliver dan melihat sapi kecil yang dibawa olehnya.</span>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-21040980429538935612011-04-23T23:13:00.000-07:002011-04-23T23:13:55.337-07:00Pengemis dan Putri Raja<span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: 'Times New Roman'; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTeLrmREFTIV3AASl5vaJS_CDdlxq5lGVWOFLEP7VYErJFxCMPFuqA4MTA" /></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tersebutlah seorang putri raja yang cantik jelita. Karena</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">bergelimang harta, Sang Putri mempunyai sifat buruk. Ia selalu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak perlu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sedangkan Sang Raja tak pernah menolak kemauan putrinya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Salah satu kegemaran Sang Putri adalah mengumpulkan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">perhiasan dari intan permata. Ia sudah memiliki berlaci-laci</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">perhiasan dari berbagai negeri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu saat Raja mengajak Sang Putri berkeliling kota. Setelah singgah di berbagai </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tempat, mereka berhenti di depan bangunan indah. Di depan bangunan itu terdapat air </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mancur. Sang Putri sangat terpesona dengan air mancur yang elok itu. Air mancur itu </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">memancarkan butir-butir air yang sangat indah. Karena terkena sinar matahari, butiranbutir </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">air itu memancarkan cahaya kemilau bak intan permata. Sang Putri semakin </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">terpesona.</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sepulang dari perjalanan, Sang Putri minta dibuatkan air mancur di depan istana. Raja</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mengabulkan permintaan itu. Maka berdirilah air mancur nan megah seperti keinginan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang Putri. Bukan main gembiranya Sang Putri. Tiap hari ia memandangi air mancur itu.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu hari ketika Sang Putri duduk di</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">pinggir air mancur itu, jari manisnya kejatuhan air</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mancur. Butiran air itu menjalar melingkari jari manis Sang Putri laksana cincin. Begitu</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tersinari matahari, lingkaran air itu memancarkan cahaya bak cincin permata. Sang Putri</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">berdecak kagum. Ia berlari menemui Sang Raja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Ayahanda, saya ingin dibuatkan cincin permata dari butiran air," pinta Sang Putri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Raja tak kuasa menolak keinginan putrinya. Segera Sang Raja memerintahkan abdi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kerajaan mencari ahli permata.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Datanglah seorang ahli permata. Raja lalu menceritakan keinginan putrinya. Sang ahli</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">permata mendengarkan dengan seksama.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Ampun, Baginda. Hamba baru kali ini mendapatkan permintaan seperti itu. Hamba minta</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">waktu untuk memikirkannya," kata ahli permata. Ia tampak kebingungan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Kalau begitu, kuberi waktu dua hari. Tapi, kalau gagal, penjara telah menantimu!" tukas</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang Raja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dua hari kemudian, ahli permata itu datang untuk memberitahu bahwa ia tak dapat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">memenuhi permintaan Sang Putri. Sesuai perjanjian, ahli permata itu dijebloskan ke</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">penjara. Kemudian Sang Raja memerintahkan mencari ahli permata lain. Tapi, beberapa</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">ahli permata yang datang ke istana mengalami nasib serupa dengan ahli permata pertama.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Raja sudah putus asa. Ia tak tahu harus berbuat apa lagi demi putri kesayangannya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sementara itu, Sang Putri terus menuntut agar permintaannya dikabulkan. Tiba-tiba</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">seorang pengemis tua terbungkuk-bungkuk mendatangi istana.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Kamu ahli permata?" sergah Sang Raja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Bukan, Baginda. Hamba hanya seorang pengemis. Tapi, mengapa Baginda menanyakan ahli</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">permata?" Si Pengemis balik bertanya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Lalu Sang Raja bercerita tentang keinginan putrinya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Izinkan hamba mencobanya, Baginda," ujar Si Pengemis kemudian.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Awas, kalau gagal, penjara tempatmu!" ancam Sang Raja.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Si Pengemis kemudian memanggil Sang Putri.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Tuan Putri, tolong bawa butiran air itu kemari!" pinta Si Pengemis kepada Sang Putri</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">seraya menunjuk air mancur di depan istana.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sang Putri menuruti saja perintah Si Pengemis karena ia sudah tak sabar memiliki cincin</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">yang diidamkannya. Begitu berada di sisi air mancur ia menengadahkan tangannya. Sebutir</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">air jatuh tepat di atas telapak tangannya. Cepat-cepat ia bawa butiran itu ke pengemis.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tapi, sebelum sampai ke pengemis, butiran air itu menguap habis. Sang Putri</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mengulanginya. Kini ia berlari. Namun apa daya, tetap saja ia tak mampu membawa butiran</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">air. Memang hari itu sedang sangat panas sehingga membuat butiran air cepat menguap.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dan ini memang siasat Si Pengemis, ia datang pada saat cuaca panas.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Kalau butiran airnya tidak ada, bagaimana hamba bisa mengabulkan permintaan Sang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Putri?</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya kira tak seorang pun mampu membuat cincin kalau bahannya tidak ada. Hamba</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">khawatir Tuan Putri yang cantik dan pintar ini akhirnya mendapat julukan putri bodoh</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">karena menginginkan sesuatu yang tak ada."</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sesudah berkata demikian, Si Pengemis dengan tenang meninggalkan istana.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Apa yang dikatakan Si Pengemis sangat menyentuh hati Sang Putri. Sang Putri menyadari</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">kekeliruannya. Lalu ia meminta Raja membebaskan semua ahli permata. Seluruh perhiasan</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">intan permata yang dimiliki Sang Putri dibagikan kepada ahli permata sebagai ganti rugi.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejak saat itu Sang Putri hidup sederhana dan tidak pernah minta yang bukan-bukan.</span>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-73321929065883817792011-04-23T23:08:00.000-07:002011-04-23T23:08:16.266-07:00Sinbad Si Pelaut<span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: 'Times New Roman'; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQ9z5wSrNVa057Xtrn4S1fbdAiz8zQa5vkkEYchM_aLYzfNo9nr6X928D0" /></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dahulu, di daerah Baghdad, Timur Tengah, ada seorang pemuda bernama Sinbad yang<br />
kerjanya memanggul barang-barang yang berat dengan upah yang sedikit, sehingga<br />
hidupnya tergolong miskin. Suatu hari, Sinbad beristirahat di depan pintu rumah<br />
saudagar kaya karena sangat lelah dan kepanasan. Sambil<br />
istirahat, ia menyanyikan lagu. "Namaku Sinbad, hidupku<br />
sangat malang, berapapun aku bekerja dengan memanggul<br />
beban di punggung tetaplah penderitaan yang kurasakan."<br />
Tak berapa lama muncul pelayan rumah itu, menyuruh<br />
Sinbad masuk karena dipanggil tuannya.<br />
<a name='more'></a><br />
"Apakah namamu Sinbad ?", "Benar Tuan". "Namaku juga Sinbad", kata sang saudagar. Ia<br />
pun mulai bercerita, "Dulu aku seorang pelaut. Ketika mendengar nyanyianmu, aku sangat<br />
sedih karena kau berpikir hanya kamu sendiri yang bernasib buruk, dulu nasibku juga<br />
buruk, orangtua ku meninggalkan banyak warisan, tetapi aku hanya bermain dan<br />
menghabiskan harta saja. Setelah jatuh miskin aku bertekad menjadi seorang pelaut. Aku<br />
menjual rumah dan semua perabotannya untuk membeli kapal dan seisinya. Karena sudah<br />
lama tidak menemui daratan, ketika ada daratan yang terlihat kami segera merapatkan<br />
kapal. Para awak kapal segera mempersiapkan makan siang. Mereka membakar daging dan<br />
ikan. Tiba-tiba, permukaan tanah<br />
bergoyang. Pulau itu bergerak ke atas, para pelaut<br />
berjatuhan ke<br />
laut. Begitu jatuh ke laut, aku sempat<br />
melihat ke pulau itu, ternyata pulau tersebut, berada di<br />
atas badan ikan paus. Karena ikan paus itu sudah lama tak<br />
bergerak, tubuhnya ditumbuhi pohon dan rumput, mirip<br />
seperti pulau. Mungkin karena panas dari api unggun, ia<br />
mulai bergerak liar.<br />
Mereka yang terjatuh ke laut di libas ekor ikan paus sehingga tenggelam. Aku berusaha<br />
menyelamatkan diri dengan memeluk sebuah gentong, hingga aku pun terapung-apung di<br />
laut. Beberapa hari kemudian, aku berhasil sampai ke daratan. Aku haus, disana ada pohon<br />
kelapa. Kemudian aku memanjatnya dan mengambil buah dan meminum airnya. Tiba-tiba<br />
aku melihat ada sebutir telur yang sangat besar. Ketika turun, dan mendekati telur itu,<br />
tiba-tiba dari arah langit, terdengar suara yang menakutkan disertai suara kepakan sayap<br />
yang mengerikan. Ternyata, seekor burung naga yang amat besar.<br />
Setelah sampai disarangnya, burung naga itu tertidur sambil mengerami telurnya. Sinbad<br />
menyelinap di kaki burung itu, dan mengikat erat badannya di kaki burung naga dengan<br />
kainnya. "Kalau ia bangun, pasti ia langsung terbang dan pergi ke tempat di mana manusia<br />
tinggal." Benar, esoknya burung naga terbang mencari makanan. Ia terbang melewati<br />
pegunungan dan akhirnya tampak sebuah daratan. Burung naga turun di sebuah tempat<br />
yang dalam di ujung jurang. Sinbad segera melepas ikatan kainnya di kaki burung dan<br />
bersembunyi di balik batu. Sekarang Sinbad berada di dasar jurang. Sinbad tertegun,<br />
melihat di sekelilingnya banyak berlian.<br />
Pada saat itu, "Bruk" ada sesuatu yang jatuh. Ternyata gundukan daging yang besar. Di<br />
gundukan daging itu menempel banyak berlian yang bersinar-sinar. Untuk mengambil<br />
berlian, manusia sengaja menjatuhkan daging ke jurang yang nantinya akan diambil oleh<br />
burung naga dengan berlian yang sudah menempel di daging itu. Sinbad mempunyai ide. Ia<br />
segera mengikatkan dirinya ke gundukan daging. Tak berapa lama<br />
burung naga datang dan mengambil gundukan daging, lalu<br />
terbang dari dasar jurang. Tiba-tiba, "Klang! Klang!<br />
Terdengar suara gong dan suling yang bergema. Burung<br />
naga yang terkejut menjatuhkan gundukan daging dan<br />
cepat-cepat terbang tinggi. Orang-orang yang datang<br />
untuk mengambil berlian, terkejut ketika melihat Sinbad.<br />
Sinbad menceritakan semua kejadian yang dialaminya. Kemudian orang-orang pengambil<br />
berlian mengantarkan Sinbad ke pelabuhan untuk kembali ke negaranya. Sinbad menjual<br />
berlian yang didapatnya dan membeli sebuah kapal yang besar dengan awak kapal yang<br />
banyak. Ia berangkat berlayar sambil melakukan perdagangan. Suatu hari, kapal Sinbad<br />
dirampok oleh para perompak. Kemudian Sinbad dijadikan budak yang akhirnya dijual<br />
kepada seorang pemburu gajah. "Apakah kau bisa memanah?" Tanya pemburu gajah. Sang<br />
pemburu memberi Sinbad busur dan anak panah dan diajaknya ke padang rumput luas. "Ini<br />
adalah jalan gajah. Naiklah ke atas pohon, tunggu mereka datang lalu bunuh gajah itu".<br />
"Baik tuan," jawab Sinbad ketakutan.<br />
Esok pagi, datang gerombolan gajah. Saat itu pemimpin<br />
gajah melihat Sinbad dan langsung menyerang pohon<br />
yang dinaiki Sinbad. Sinbad jatuh tepat di depan gajah.<br />
Gajah itu kemudian menggulung Sinbad dengan<br />
belalainya yang panjang. Sinbad mengira ia pasti akan<br />
dibunuh atau dibanting ke tanah. Ternyata, gajah itu<br />
membawa Sinbad dengan kelompok mereka ke sebuah<br />
gunung batu. Akhirnya terlihat sebuah air terjun besar. Dengan<br />
membawa Sinbad, gajah itu masuk ke dalam air terjun menuju ke sebuah gua. "Ku..kuburan<br />
gajah!" Sinbad terperanjat. Di gua yang luas bertumpuk tulang dan gading gajah.<br />
Pemimpin gajah berkata,"kalau kau ingin gading ambillah seperlunya. Sebagai gantinya,<br />
berhentilah membunuh kami." Sinbad berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Ia<br />
pulang dengan memanggul gading gajah dan menyerahkan ke tuannya dengan syarat<br />
tuannya tidak akan membunuh gajah lagi. Tuannya berjanji dan kemudian memberikan<br />
Sinbad uang.<br />
"Sampai disini dulu ceritaku", ujar Sinbad yang sudah menjadi saudagar kaya. "Aku bisa<br />
menjadi orang kaya, karena kerja keras dengan uang itu. Jangan putus asa, sampai<br />
kapanpun, apalagi jika kita masih muda," lanjut sang saudagar.</span>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-43425741272709321902011-04-23T23:00:00.000-07:002011-04-23T23:00:27.766-07:00Si Kancil dan Tikus<div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTMWDFHKOVH0-ix8H6YAOie_UFfi4Ws7XlDdxv6GqndodvE3QmJ4i1xJA" /></span></div><br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Teman-teman, mari kita mulai mendongeng dg judul Si kancil dan tikus</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Di hutan hiduplah dua ekor kancil. Mereka bernama Kanca dan Manggut. Kedua ekor kancil</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">itu bersaudara. Manggut adalah kakak dari Kanca. Sebaliknya, Kanca adalah adik dari</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Manggut. Walaupun mereka bersaudara, tetapi sifat mereka sangatlah berbeda. Kanca</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">rajin dan baik hati.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sedangkan Manggut pemalas dan suka menjahili teman.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu hari Manggut kelaparan. Tetapi Manggut malas mencari makan. Akhirnya Manggut </span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mencuri makanan Kanca. Waktu Kanca menanyai kepada Manggut di mana makanannya,</span><br />
<a name='more'></a><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Manggut menjawab dicuri tikus.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Ah, mana mungkin dimakan tikus!" kata Kanca.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Iya, kok! Masa sama kakaknya tidak percaya!" jawab Manggut berbohong.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mulanya Kanca tidak percaya dengan omongan Manggut. Tetapi setelah Manggut</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mengatakannya berkali-kali akhirnya Kanca percaya juga. Kanca memanggil tikus ke</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">rumahnya.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Tikus, apakah kamu mencuri makananku?" tanya Kanca pada tikus.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Ha? Mencuri? Berpikir saja aku belum pernah!" jawab tikus.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Ah, si tikus! Kamu ini membela diri saja! Sudah, Kanca! Dia pasti berbohong," kata</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Manggut.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Ya, sudahlah! Tikus, sebagai gantinya ambilkan makanan di seberang sungai sana. Tadi</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">aku juga mengambil makanan dari sana, kok!" kata Kanca mengakhiri percakapan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tikus berjalan ke tepi sungai. Ia menaiki perahu kecil untuk</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menuju seberang sungai.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebenarnya tikus tahu kalau Manggut yang mencuri makanan. Sementara itu, di bagian</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">sungai yang lain, Manggut cepat-cepat menyeberangi sungai. Ia hendak memasang</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">perangkap tikus agar tikus terperangkap.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ketika tikus hampir mendekati seberang sungai, tikus melihat</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">perangkap. Tikus yakin kalau perangkap itu dipasang oleh</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Manggut. Tiba-tiba tikus mendapat ide. Tikus berpura-pura</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tenggelam dalam sungai.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">"Aaa...</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Manggut, tolong aku...!" teriak tikus. Mendengar itu Manggut segera menolong tikus. Tikus</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">meminta Manggut mengantarkannya ke seberang sungai. Manggut tidak bisa berbuat apaapa.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ia mengantarkan tikus ke seberang sungai.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sesampai di seberang sungai tikus meminta Manggut menemani tikus mengambil makanan.</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Karena Manggut tidak hati-hati, kakinya terperangkap dalam perangkap tikus. Manggut</span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">menyesali perbuatan buruknya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.</span>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-86408173318074487942011-04-23T22:54:00.000-07:002011-04-23T22:54:06.012-07:00Seruling Ajaib<div style="height: 234px; margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; overflow-x: visible; overflow-y: visible;"><span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: 'Times New Roman'; line-height: normal; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><img src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQhpHDwWn2ydd9XAAIBBuk2JS9-gWWkS9qAuehNfecTQbmLjiwi_6nXIWw" /></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="line-height: 1.4em; text-align: justify;">Si Kancil sedang asyik berjalan di hutan bambu. "Ternyata enak juga jalan-jalan di hutan bambu, sejuk dan begitu damai," kata kancil dalam hati. Keasyikan berjalan membuat ia lupa jalan keluar, lalu ia mencoba jalan pintas dengan menerobos pohon-pohon bambu. Tapi yang terjadi si kancil malah terjepit diantara batang pohon bambu. "Tolong! Tolong!" teriak kancil. Ia meronta-ronta, tapi semakin ia meronta semakin kuat terjepit. Ia hanya berharap mudah-mudahan ada binatang lain yang menolongnya. Tak jauh dari hutan bambu, seekor harimau sedang <span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;">beristirahat sambil mendengarkan kicauan burung. Ia </span><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;">berkhayal bisa bernyanyi seperti burung. "Andai aku </span><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;">bisa bernyanyi seperti burung, tapi siapa yang mau </span><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;">mengajari aku bernyanyi ya?", tanyanya dalam hati. </span><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;">Semilir angin membuat harimau terkantuk-kantuk. Tak </span><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;">lama setelah ia mendengkur, terdengar suara berderit- derit. </span><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;">Suara itu semakin nyaring karena terbawa angin. "Suara apa ya itu?" kata harimau.</span></div></span><br />
<div class="fullpost" style="display: inline;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;">"Yang pasti bukan suara kicauan burung, sepertinya suaranya datang dari arah hutan</div><div style="text-align: justify;">bambu, lebih baik aku selidiki saja," ujar si harimau. Suara semakin jelas ketika</div><div style="text-align: justify;">harimau sampai di hutan bambu. Ia mendapati ternyata</div><div style="text-align: justify;">seekor kancil sedang terjepit diantara pohon-pohon</div><div style="text-align: justify;">bambu. "Wah aku beruntung sekali hari ini, tanpa susah</div><div style="text-align: justify;">payah hidangan lezat sudah tersedia", ujar harimau</div><div style="text-align: justify;">kepada kancil sambil lidahnya berdecap melihat tubuh</div><div style="text-align: justify;">kancil yang gemuk. Kancil sangat ketakutan. "Apa yang</div><div style="text-align: justify;">harus kulakukan agar bisa lolos dengan selamat?", pikir si</div><div style="text-align: justify;">kancil.</div><div style="text-align: justify;">"Harimau yang baik, janganlah kau makan aku, tubuhku yang kecil pasti tak akan</div><div style="text-align: justify;">mengenyangkanmu." "Aku tak perduli, aku sudah lama menunggu kesempatan ini," ujar si</div><div style="text-align: justify;">harimau. Angin tiba-tiba berhembus lagi, kriet....kriet... "Suara apa itu?", Tanya Harimau</div><div style="text-align: justify;">penasaran. "Itu suara seruling ajaibku," jawab kancil dengan cepat. Otaknya yang cerdik</div><div style="text-align: justify;">telah menemukan suatu cara untuk meloloskan diri. "Aku bersedia mengajarimu asalkan</div><div style="text-align: justify;">engkau tidak memangsaku, bagaimana?" Tanya si kancil.</div><div style="text-align: justify;">Harimau tergoda dengan tawaran si kancil, karena ia</div><div style="text-align: justify;">memang ingin dapat bernyanyi seperti burung. Ia</div><div style="text-align: justify;">berpikir meniup seruling tidak kalah hebat dengan</div><div style="text-align: justify;">bernyanyi. Tangan si kancil pura-pura asyik memainkan</div><div style="text-align: justify;">seruling seiring dengan hembusan angin. Sementara</div><div style="text-align: justify;">harimau memperhatikan dengan serius. "Koq lagunya</div><div style="text-align: justify;">hanya seperti itu?", Tanya harimau. "ini baru nada</div><div style="text-align: justify;">dasar", jawab kancil.</div><div style="text-align: justify;">"Begini caranya, coba kau kemari dan renggangkan dulu batang bambu ini dari tubuhku",</div><div style="text-align: justify;">kata si kancil. Harimau melakukan apa yang dikatakan kancil hingga akhirnya kancil</div><div style="text-align: justify;">terbebas dari jepitan pohon bambu. "Nah, sekarang masukkan lehermu dan julurkan</div><div style="text-align: justify;">lidahmu pada batang bambu ini. Lalu tiuplah pelan-pelan", Kancil menerangkan dengan</div><div style="text-align: justify;">serius. "Jangan heran ya, kalau suaranya kadang kurang merdu, tapi kalau lagi tidak</div><div style="text-align: justify;">ngadat suaranya bagus lho." "Untung ada si harimau, hmm bodoh sekali dia, mana ada</div><div style="text-align: justify;">seruling ajaib," kata kancil dalam hati. "Harimau yang telah terjepit di antara batang</div><div style="text-align: justify;">bambu tidak menyadari bahwa ia telah ditipu si kancil. "Kau mau pergi kemana, Cil?",</div><div style="text-align: justify;">Tanya harimau. "Aku mau minum dulu, tenggorokanku kering karena kebanyakan meniup</div><div style="text-align: justify;">seuling," jawab si kancil. "Masa aku harus belajar sendiri?", tanya harimau lagi. "Aku pergi</div><div style="text-align: justify;">tidak lama, nanti waktu aku kembali, kau harus sudah bisa meniupnya ya, jawab si kancil</div><div style="text-align: justify;">sambil pergi meninggalkan harimau.</div><div style="text-align: justify;">Setelah si kancil pergi, angin bertiup semilir-semilir dan semakin lama semakin kencang.</div><div style="text-align: justify;">Batang-batang pohon bambu menjadi saling bergesekan dan berderit-derit. "Hore aku</div><div style="text-align: justify;">bisa!", seru harimau bersemangat. Karena terlalu bersemangat meniup, lidah harimau</div><div style="text-align: justify;">menjadi terjepit di antara batang bambu. Ia berteriak kesakitan dan segera menarik</div><div style="text-align: justify;">lidahnya dari jepitan batang bambu. "Wah ternyata aku telah ditipu lagi oleh si kancil,</div><div style="text-align: justify;">betapa bodohnya aku ini!, pasti bunyi berderit-derit itu suara batang bambu yang</div><div style="text-align: justify;">bergesekan. "Grr, benar-benar keterlaluan, kalau ketemu nanti akan ku hajar si kancil",</div><div style="text-align: justify;">kata harimau.</div><div style="text-align: justify;">Setelah lelah mencari si kancil, akhirnya harimau</div><div style="text-align: justify;">beristirahat di bawah pohon. Angin berhembus kembali.</div><div style="text-align: justify;">Kriet..kriet..kriet membuat batang-batang bambu saling</div><div style="text-align: justify;">bergesekan dan berderit-derit. Hal ini membuat amarah</div><div style="text-align: justify;">harimau sedikit reda. Ia jadi mengantuk dan akhirnya</div><div style="text-align: justify;">tertidur. Dalam tidurnya ia bermimpi dapat meniup</div><div style="text-align: justify;">seruling asli. Membuat para binatang menari dan</div><div style="text-align: justify;">menyanyi</div></span></div>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-61456912291009350222011-04-03T08:39:00.000-07:002011-04-03T08:39:50.782-07:00Film Tinker Bell and the Great Fairy Rescue (Subtitle Indonesia) - Persahabatan peri dan manusia<div style="line-height: 20px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; line-height: normal; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img alt="Download Film DVD TinkerBell Great Fairy Rescue Subtitle Indonesia - Persahabatan peri dan manusia" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL8A5lT9FgfLVIy1DLdstP3-HNYDVQcTXSrGDfrgETcLXMGM5CT37S175lbugrTHvrBBaV8JXvC1W6mMOv__uxey9aIrjfL_MHy4gFch3_8NoCHW34IC785Mc8JVEBZcNVCLQtysEQhDk/s400/tinkerbell.and.the.great.fairy.rescue.2010.film.cover.jpg" /></span></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Anak-anak tentu saja menyukai film kartun (animasi)! Film animasi ini mungkin cocok buat mereka, dan menyuguhkan cerita menarik yaitu kisah dongeng tentang persahabatan peri dan manusia ini. Film animasi berjudul TINKER BELL AND THE GREAT FAIRY RESCUE ini merupakan produksi DisneyToon Studios, menyuguhkan kisah sederhana namun cukup kuat menyuarakan makna persahabatan. Film yang menuturkan petualangan sahabat Peter Pan, bisa menjadi teladan kepada anak-anak tentang pertemanan. </span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Film yang disutradarai Bradley Raymond ini merupakan sekuel kedua setelah film TINKER BELL (2008) dan </span></span></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><a href="http://biarcool.blogspot.com/2009/11/downloadfilmdvdriptinkerbellosttreasure.html" style="line-height: 20px; text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">TINKER BELL AND THE LOST TREASURE</span></span></a></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> (2009), yang dirilis setahun sebelumnya. </span></span></span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: normal;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />
</span></span></span></div></span><br />
<div style="line-height: 20px; text-align: justify;"><strong></strong></div><strong><a name='more'></a><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Plot/cerita:</span></strong><br />
<br />
<div style="line-height: 20px; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tinker Bell (Mae Whitman), peri sahabat di cerita Peter Pan, tidak bisa menahan diri untuk menjelajahi dunia. Nahas bagi si Tink kecil, saat berkunjung selama musim panas di taman rumput penuh bunga di Inggris, Tink terperangkap di rumah kecil yang dibangun oleh Lizzy (Lauren Mote) , seorang gadis kecil kesepian yang selalu percaya dengan cerita debu peri dan negeri ajaib. Peri-peri lain coba bergabung untuk melakukan misi penyelamatan Tink, serta membawanya kembali ke tempat aman.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 20px;"><div style="text-align: justify;">Keadaan berkata lain. Gadis tadi justru berteman baik dengan Tink. Masalah baru muncul dimana Tink berkeinginan untuk membantu dan mempertaruhkan segalanya demi sahabatnya itu. Persahabatan antara peri dan manusia adalah kesalahan besar dan malapetaka bagi dunia peri. Bagaimana kisah persahabatan itu selanjutnya? Apakah Tink dapat membantu gadis kecil itu? </div><div style="text-align: justify;"><br />
</div><div style="text-align: justify;"><strong>Download Links:</strong><br />
<span class="Apple-style-span" style="color: black;"><a href="http://letitbit.net/download/4113.46b08310f2948214747b45bff/TinkerBell.Great.Fairy.Rescue.2010.BRRip.www.biarcool.rmvb.html">Download Film DVD: Tinker Bell and the Great Fairy Rescue (2010) BRRip Single Link</a> </span> (.rmvb) 197 MB<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="color: black;"><a href="http://www.blogger.com/goog_700902324">Download Film DVD: Tinker Bell and the Great Fairy Rescue (2010) BRRip Subtitle Indonesia</a></span><a href="http://www.blogger.com/goog_700902324"> (</a><span class="Apple-style-span" style="color: black;"><a href="http://www.blogger.com/goog_700902324">.Srt in zip</a></span><a href="http://www.opensubtitles.org/id/download/sub/3823587">) 25KB</a><br />
<strong><br />
</strong><br />
<strong>Screenshot:</strong><strong><br />
</strong><br />
<img alt="Download Film DVD TinkerBell Great Fairy Rescue Subtitle Indonesia - Persahabatan peri dan manusia" border="0" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5517121207501478914" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU68vrwAf4qp2mxLof5O1uywC-Wf4G0PM-8pyBFF9LRH5uYff693yTrChzy7thBa4llUusAgNMq-GGRcyxDlKNH806z82DQw1fA1XQgczJHVE0C09jA06B9WCovBzGsCXnndvEzO9IMJY/s800/thumbs.tinkerbell.2010.brrip.subtitle.indonesia.jpg" style="cursor: pointer; height: 666px; padding-bottom: 10px; padding-left: 10px; padding-right: 10px; padding-top: 10px; width: 578px;" /><strong><br />
</strong><br />
- Cara download klik tab "Free". Kemudian klik button "Download File". Lalu ikuti langkah-langkah berikutnya.<br />
- Untuk Subtitle (terjemahan bahasa Indonesia, file berekstensi .srt, berada file .zip, harus diektrak dengan Winrar/Winzip). Setelah didownload dan diunzip, pastikan file .srt tersebut berada satu folder dengan file filem berektensi .mkv, atau .avi dll. Serta nama file subtitle .srt haruslah sama dengan nama file video .mkv atau .avi. Contohnya: <strong>film dvd.r5.mkv</strong> dan <strong>film dvd.r5.srt, </strong>atau <strong>film dvdrip.mkv</strong> dan <strong>film dvdrip.srt</strong> .<br />
- Cara mempercepat proses download, gunakan aplikasi <a href="" style="text-decoration: none;">Internet Download Manager</a> (agar proses download lebih cepat, dan jika download terputus, bisa diresume kembali).<br />
- Jika file berekstensi .mkv, rmvb atau avi, sebaiknya menggunakan aplikasi <a href="http://u-tep99hja1h.urlcash.net/" style="text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">Media Player Classic</span></a> dari Klite Codec Pack untuk memutar film tersebut. Namun jika file berekstensi .mp4/.rmvb dan setelah diputar gambarnya bermasalah, sebaiknya ganti menggunakan <a href="http://letitbit.net/download/8135.c8705f1bfd6962df9d2aa0402/vlc_1.0.5_win32.exe.html" style="text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">aplikasi VLC Media Player.</span></a> atau <a href="http://letitbit.net/download/8135.c8705f1bfd6962df9d2aa0402/vlc_1.0.5_win32.exe.html" style="text-decoration: none;"><span class="Apple-style-span" style="color: black;">aplikasi SM Player.</span></a></div></span></span>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-66019731733168555202011-04-03T08:34:00.000-07:002011-04-03T08:34:36.430-07:00Story of Tinker Bell<div style="line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px; text-align: center;"><span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-style: normal; line-height: normal; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img height="150" src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSfXIb23cNiTgYGw18_fakBUJaHsHVtIMIf0yx62phtJZmPtr0Ds0T9vnc" width="200" /></span></span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Have you ever wondered how nature gets its glow – who gives it light and color as the seasons come and go?</span></em></div><div style="line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya dan Tere sedang menemukan keasyikan baru. Nonton </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Hehehehe…penting? Banget..</span></div><div style="line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> adalah salah satu ikon disney yang cukup populer. Kita mengenalnya lewat film </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Peter Pan</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> adalah sahabat Peter yang senantiasa membantu</span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">the never grown up boy</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> itu… Seingat saya, dulu ketika membaca kisah P</span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">eter Pan</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, saya ngefans berat sama </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Bahkan, saya sampai sebel sama tokoh</span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Wendy</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> yang mengalihkan perhatian </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Peter</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> dari </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell.</span></em></div><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><a name='more'></a></em><br />
<div style="line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"></em></div><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><div style="font-style: normal; line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Film </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> yang saya tonton ini adalah film yang berkisah tentang asal-usul peri kecil berbaju hijau ini. Film ini baru dibuat sekitar tahun 2008, sekuelnya sudah ada dengan judul </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Tinkerbell, The Lost Treasure.</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">So</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, film pertama ini bersetting di tempat kelahiran </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Nama tempatnya </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pixie Hollow</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, masih satu kecamatan sama</span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Neverland</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Hehehehe…sebenarnya </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pixie Hollow</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> itu berada di </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Neverland</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Kenapa saya suka sama film ini? </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Simple, because it’s disney’s movie.</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Saya memang suka sama bagaimana </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Disney</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> mengilustrasikan dongeng-dongeng klasik menjadi sebuah gambar visual yang menarik. Walaupun banyak yang bilang bahwa Disney mengubah beberapa cerita klasik dan menjadikannya tidak orisinil lagi, atau bahwa </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Disney</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> mengkomersialisasikan imajinasi anak-anak…saya nggak peduli tuh. Gambarnya selalu cantik, musiknya magis, dan ceritanya kocak..menurut saya lho.</span></div><div style="font-style: normal; line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Jadi, </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> lahir di </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pixie Hollow</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, seperti semua peri lain di </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Neverland</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Setiap peri ceritanya dianugerahi bakat yang berbeda, dan mereka semua bekerjasama untuk membuat musim berganti di </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mainland</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Yang dimaksud</span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mainland</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> dalam film ini adalah London. Beberapa jenis peri berdasarkan bakatnya ada; </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">the fast flying fairy</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> (yang mengatur angin), </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">water fairy, animal fairy, light fairy, garden fairy,</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> mereka semua digolongkan ke dalam </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">the fairy of all talent</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, yang tugasnya adalah membawa musim semi ke </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">mainland</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Selain mereka ada </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">winter fairy, summer fairy</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> dan </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">autumn fairy.</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Semua peri yang mempunyai bakat alam tadi disebut </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">nature talent fairy</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">. Lalu, peri apakah TinkerBell? Seperti namanya, dia adalah</span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Tinker Fairy</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">, atau peri pengrajin. Tugasnya adalah mencipatakan barang-barang untuk keperluan peri lainnya. </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell </span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">merasa bakatnya ini kurang penting dan kurang keren. Makanya dia ingin menjadi peri yang memiliki bakat alam, nah…film ini bercerita mengenai usaha </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">TinkerBell</span></em><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">tersebut sampai bagaimana akhirnya ia menemukan jati dirinya. Di film ini TinkerBell punya empat sahabat, yaitu Rosetta, Silvermist, Iridessa dan satu lagi kalo ga salah namanya Fawn.</span></div><div style="font-style: normal; line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0.7em; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sejak punya Tere, saya memang jadi lebih suka nonton film yang “lucu2″ kayak gini. Lumayan juga sih, buat cuci mata. </span><em style="margin-bottom: 0px; margin-left: 0px; margin-right: 0px; margin-top: 0px; padding-bottom: 0px; padding-left: 0px; padding-right: 0px; padding-top: 0px;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pixie Hollow is seriously beautiful.</span></em></div></em>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-90134458141600504582011-04-03T08:24:00.000-07:002011-04-03T08:46:05.560-07:00Buku Cerita Tinker Bell<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; font-family: 'Times New Roman'; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img src="http://t1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcRN3YiZcSE9SaDJDxoNVqnOsTmiL73oDH9PJVfE92YVUoJ4BXONaoGQB1A1" /></span><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Ceritanya tentang Tinker Bell yang kehilangan palunya. Padahal palu itu sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kuali dan panci. Tinker Bell adalah peri bakat-kuali-dan-panci. Di negeri Pixie Hollow setiap peri mempunyai bakat masing-masing. Tinker Bell amat sedih saat palunya hilang. Ia mencoba palu lain tapi hasil kerjanya malah berantakan. Dari sanalah ia mencari palu cadangan di kediaman Peterpan, bersama teman baiknya Terence.</span></div><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><div style="text-align: justify;"><br />
<a name='more'></a>Hehehe...kayak cerita buat anak kecil kan? Di posting sebelumnya gue bilang kalau gue lagi tidak ingin membaca buku yang berat-berat. Buku anak2 lumayan menghibur juga. Apalagi gambarnya bagus2. Maklum buatan Disney. Selain cerita Tinker Bell, ada juga cerita tentang makhluk Disney lainnya. Gue amat sangat tertarik. Tapi ya itu mahal. Dari sekian tokoh, yang gue tau cuma Tinker Bell doank. Makanya gue beli itu. Hihihi...</div></span>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-36271079584217370302011-04-03T08:21:00.000-07:002011-04-03T08:21:00.503-07:00Kisah Peter Pan<span class="Apple-style-span" style="clear: left; float: left; line-height: normal; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em; text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><img src="http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcS_ropKzUzmyZqZLic9vGlw3TUS2Ahtj2B299rBxvwYukRqq4ykh8XyYo58" /></span></span><span class="Apple-style-span" style="line-height: 17px;"></span><br />
<div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Suatu malam di Edwardian London, Wendy Darling (Rachel Hurd-Wood) membuat adik laki-lakinya terpesona dengan cerita tentang permainan pedang, jagoan, dan Kapten Hook, bajak laut legendaris yang tidak takut apapun kecuali pada jam yang berdetik. Ayah Wendy telah memutuskan sudah tiba waktunya bagi anak itu untuk dewasa. Setelah malam itu, tidak ada lagi dongeng. Si gadis akan belajar jadi wanita dewasa dan menikah yang akan diawasi langsung oleh Tante Millicent (Lynn Redgrave).</span></div><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 17px;"><a name='more'></a></span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 17px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Yang tidak diketahui oleh keluarga Darling, Peter Pan (Jeremy Sumpter) menyukai cerita-cerita Wendy, dan ingin melakukan perjalanan jauh untuk mendengar cerita itu lagi. Pemunculannya pada malam itu bersama dengan peri kecil yang cemburuan, Tinker Bell (Ludivine Sagnier), ternyata memicu petualangan besar bagi Wendy dan saudara-saudaranya.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 17px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 17px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sekumpulan burung-burung kecil mengikuti Peter Pan keluar dari jendela, terbang mengelilingi bulan purnama di atap-atap rumah di London, menembus galaxi planet dan bintang-bintang yang menyinari Neverland yang ajaib, di mana mereka memulai hidup baru yang menyenangkan dengan aturan dewasanya Peter dan Anak-anak yang Hilang dari rumah bawah tanah mereka yang rahasia.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 17px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 17px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Peter Pan berhadapan dengan bajak laut yang kejam, putri duyung yang jahat, buaya yang sangat besar, dan yang terburuk dari semua, kait tajam dari baja di tangan kanan Kapten Hook. Wendy dan saudara laki-lakinya mengetahui mereka harus berbuat sesuatu untuk menolong Peter Pan menyelamatkan Tinker Bell. Pertempuran yang berlangsung antara Peter dan Hook merupakan klimaks yang mencengangkan, berlatarbelakang dunia Neverland yang menakjubkan.</span></div></span><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; line-height: 17px;"><br />
</span></div><span class="Apple-style-span" style="line-height: 17px;"><div style="text-align: justify;"><span class="Apple-style-span" style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam film karya P.J.Hogan ini, aktor Jason Isaacs berperan ganda, sebagai ayah Wendy dan Kapten Hook. Sementara Jeremy Sumpter berperan sebagai Peter Pan, tokoh yang berhasil mengalahkan Kapten Hook berkat kekuatan cinta yang dipancarkan oleh Wendy Darling, yang diperankan oleh Rachel-Hurd Wood. Sebagai sebuah film dongeng yang sudah mendunia, Peter Pan cukup berhasil membangkitkan semangat kepahlawanan anak-anak.</span></div></span>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3183575659605657565.post-64209192417282176232011-03-05T20:44:00.001-08:002011-03-06T21:45:48.009-08:00Kartu Ucapan Aneh<div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><div style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://www.ceritaanak.org/img/misteri-1.jpg" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; vertical-align: middle;" width="140" /></div></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Shasa melangkah menuju kelasnya di lantai dua dengan bersemangat. Hari masih pagi. Murid-murid sekolah dasar TUNAS belum banyak yang datang. Mendekati ruang kelasnya, tangannya meraba kantong kecil di bagian samping tas sekolahnya. Bibirnya tersenyum saat merasakan tonjolan kecil. Kado buat Nia yang sudah ia siapkan. Hmmm.. kira-kira bagaimana reaksi Nia bila menerimanya kelak ya?</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Naah.. Tuh, Shasa datang!”</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Shasa yang baru saja masuk ke dalam kelas tertegun. Nia, Rara dan Fira tengah menatap kearahnya dari tempat duduk Nia.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Kesini, Sha!” Panggil Rara yang pertama kali melihat kedatangannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Shasa mendekat dengan heran setelah terlebih dahulu meletakkan tasnya. “Ada apa?” tanyanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Ada kerjaan buat kamu,” kali ini Fira buka suara.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Kerjaan?” Shasa jadi semakin bingung mendengarnya. Kenapa teman-temannya jadi membicarakan tentang pekerjaan? Memangnya kelas empat SD sudah boleh bekerja?</span><br />
<span style="font-family: Arial, sans-serif;"><a name='more'></a></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Tadi pagi Nia mendapati kartu ini di laci mejanya,” Fira menjelaskan sambil menyodorkan sebuah kartu.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><span style="clear: right; float: right; font-family: Arial, sans-serif; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://www.ceritaanak.org/img/misteri-2.jpg" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; vertical-align: middle;" width="165" /></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Shasa membolak-balikkan kartu itu. Sebuah kartu berukuran seperempat buku tulis. Sepertinya bukan kartu yang banyak dijual di toko-toko melainkan dibuat sendiri dari karton berwarna Ungu. Warna kesukaan Nia. Di depannya terdapat bunga-bunga kecil terbuat dari pita lengkap dengan daunnya yang dilekatkan dengan lem. Di bagian belakangnya terdapat gambar babi kecil yang lucu dengan ekornya yang melingkar.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Wooii.. Jangan dibolak-balik saja. Baca dong tulisan di dalamnya,” kata Rara dengan gemas. Rupanya ia tidak dapat menahan diri untuk tidak berkomentar melihat Shasa sejak tadi hanya membolak-balikkan kartu yang dipegangnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Loh.. bilang dong dari tadi kalau aku harus membaca bagian dalamnya,” Shasa cekikikan. Rara cemberut. Shasa membuka kartu yang sejak tadi dipegangnya. Di bagian dalam kartu itu terdapat tulisan. Hurufnya kecil-kecil dan rapih.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><strong><span style="font-family: 'Apple Casual';">nuhat gnalu tamales</span></strong></div><div align="center" class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><strong><span style="font-family: 'Apple Casual';">kitnac habmat</span></strong></div><div align="center" class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><span style="font-family: 'Apple Casual';"><strong>aynnaritkart uggnutid</strong></span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><span style="font-family: 'Apple Casual';"><strong><br />
</strong></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Shasa mengernyitkan kening. Ini bahasa apa ya? Pikir Shasa bingung. Bukan bahasa Inggris, bukan pula bahasa daerah. Hmmm.. bahasa yang aneh..</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Gimana, Sha?” tanya Rara.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Apanya yang bagaimana?” Shasa balik bertanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Ya ampun, Shasaaa…,” Rara berseru gemas. Bibirnya cemberut. Shasa tak dapat menahan cekikikannya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Maksud Rara, kamu mengerti tidak yang tertulis di kartu itu?” Fira buru-buru menengahi.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Nggak,” Shasa menjawab polos. Matanya menatap satu persatu teman-temannya dengan pandangan tak bersalah.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Katanya hobi baca buku misteri. Katanya ingin jadi detektif. Buktikan dong,” Rara mencibirkan bibirnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Shasa hanya tersenyum-senyum mendengar kata-kata Rara. “Oh.. jadi aku diminta memecahkan misteri kartu ucapan aneh ini,” Shasa mengangguk-anggukan kepala.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Capek deehh..” Rara meletakkan sebelah tangannya di dahi. Nia dan Fira cekikikan melihatnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Bagaimana sih ceritanya sampai kamu menemukan kartu ini?” tanya Shasa ingin tahu. Ditatapnya Nia dengan serius. Tanpa menunda-nunda, Nia segera menceritakan kisahnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Kalau mendengar cerita Nia, kartu ucapan itu memang misterius. Ketika tiba di kelas dan hendak memasukkan tas berisi baju olahraga ke dalam laci, Nia menemukan kartu itu. Tidak ada nama pengirimnya. Hanya ada gambar babi kecil di bagian belakang amplop sama seperti yang ada dibagian belakang kartu.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Shasa memilin-milin rambutnya dengan jari tangannya. Kebiasaannya bila sedang berfikir. Hmmm.. benar-benar kartu ucapan yang misterius.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Ketika aku tiba di kelas tadi pagi, baru Deden dan Oca yang sudah datang,” tambah Nia.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Shasa melemparkan pandangannya ke luar kelas. Dilihatnya kedua anak laki-laki yang namanya disebut oleh Nia sedang asyik bercengkerama di dekat pagar pembatas. Sepertinya tidak mungkin salah satu dari mereka yang menjadi pengirim kartu misterius. Keduanya bukan tipe yang peduli dengan ulang tahun teman mereka. Lagipula tulisan tangan mereka tidak mirip dengan tulisan yang ada di kartu.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Nanti aku pikirkan deh, siapa tahu saat istirahat nanti aku mendapat wangsit. Lagipula sebentar lagi bel masuk akan segera berbunyi,” kata Shasa sambil melihat ke arah jam dinding yang ada di depan kelas. Mereka pun membubarkan diri dan menuju bangku masing-masing.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Eh, kamu mau kemana?” tanya Rara ketika dilihatnya Shasa terburu-buru menuju pintu kelas saat bel istirahat berbunyi.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Sebentar, aku mau ke ruang Tata Usaha dulu. Nanti aku segera kembali ke kelas,” Shasa menjawab sambil bergegas.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Aduh.. ramai sekali suasana saat istirahat. Shasa sampai harus berdesak-desakkan saat menuruni tangga. Selesai menyerahkan uang untuk membayar catering kepada petugas Tata Usaha, Shasa setengah berlari kembali menuju kelasnya. Mudah-mudahan nanti ia akan mendapatkan ide untuk memecahkan kata-kata misterius di kartu ucapan yang diterima Nia.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Saking terburu-burunya, di ujung tangga Shasa nyaris bertabrakan dengan dua orang murid kelas tiga yang baru saja keluar dari kamar mandi.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Kalau susu dibalik jadi apa, hayo?” salah seorang dari mereka bertanya</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Jadi usus,” jawab yang lainnya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Salah dong, yang benar itu susu dibalik jadi tumpah,” yang pertama bertanya menjelaskan.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><span style="clear: left; float: left; font-family: Arial, sans-serif; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://www.ceritaanak.org/img/misteri-3.jpg" style="border-bottom-style: none; border-color: initial; border-left-style: none; border-right-style: none; border-top-style: none; border-width: initial; vertical-align: middle;" width="192" /></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Shasa tersenyum-senyum sendiri mendengarnya. Eh, nanti dulu.. apa tadi katanya? Dibalik?</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Begitu tiba di kelas, Shasa segera mengambil kartu ucapan misterius yang sedang diperhatikan oleh Nia, Rara dan Fira. Dibawah tatapan heran teman-temannya, Shasa membaca kata-kata yang tertulis di kartu. Kalian penasaran bagaimana Shasa bisa membacanya? Coba deh dibalik. Naahh.. sudah bisa membacanya kan?</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Lantas siapa yang menulis kartu itu?” kejar Rara.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Belum juga Shasa menjawab, dari pintu kelas terdengar teriakan, “Niaaa.. Pulang sekolah traktir burger dong di kantin. Kamu ulang tahun kan hari ini?”</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Seorang anak perempuan tersenyum lebar di pintu kelas. Rambutnya dikuncir dua. Ikat rambutnya berhiaskan boneka babi berwarna ungu. Tangannya membawa dompet kecil begambar babi dengan ekornya yang melingkar.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Itu dia yang menulis kartu ucapan dengan gambar babi kecil,” Shasa menunjuk ke arah Ghina, sepupu Nia yang masih tersenyum.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Nia menepuk dahinya. “Kok aku tidak terfikir ke arah sana ya?” sesalnya. “Seharusnya aku ingat kalau Ghina itu mengoleksi pernak-pernik bergambar babi.”</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"></span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Hebat.. Shasa bisa memecahkan misteri kartu ucapan yang aneh,” puji Fira.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Shasa gitu loh,” Shasa menjawab sambil mengedip-ngedipkan matanya.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Huuu.. Narsis..!” ketiga temannya berseru serempak. Shasa tertawa-tawa. Diambilnya kado kecil yang sudah disiapkannya untuk Nia.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">“Met ultah ya,” ucapnya sambil menyerahkan kado ke tangan Nia.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">Buat kalian yang masih kesulitan membaca ucapan yang ada di kartu, yuk kita baca dari belakang ke depan.</span></div><div class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: justify;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;"><br />
</span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><strong><span style="font-family: 'Apple Casual';">selamat ulang tahun</span></strong></div><div align="center" class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><strong><span style="font-family: 'Apple Casual';">tambah cantik</span></strong></div><div align="center" class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><strong><span style="font-family: 'Apple Casual';">tambah pintar</span></strong></div><div align="center" class="MsoNormal" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 2px; -webkit-border-vertical-spacing: 2px; color: #333333; font-family: Tahoma, Arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 18px; margin-bottom: 5px; margin-top: 0px; text-align: center;"><span style="font-family: 'Apple Casual';"><strong>ditunggu traktirannya</strong></span></div>Tingker Bellhttp://www.blogger.com/profile/04077512796376374921noreply@blogger.com0